Rabu, 31 Agustus 2011

Anakku

Diposting oleh Unknown di 13.33 0 komentar
Wahai anakku,
dalam tidurmu kugantungkan asaku

Wahai anakku,
dalam lelapmu
ada asaku
ada galauku
ada takutku

Maafkan kami anakku
yang tlah terbiasa memarahimu
akibat himpitan masalah yang menerpaku

maafkan kami anakku
yang tlah berharap terlalu tinggi padamu
tanpa kami memahami bahwasanya engkau adalah pribadi
yang berdiri sendiri
dalam tubuh kecilmu

maafkan kami anakku
yang tak bisa menjadi orang tua ideal bagimu
yang hanya bisa berjuang semampu kami
tuk menjadi yang terbaik
yang kami mampu

Sering ku pandang senyummu
yang berusaha untuk menghiburku
tapi yang kami lihat adalah
engkau berusaha menyindirku

Sering kudengar cerita dan nyanyianmu
yang berusaha untuk menyenangkanku
tapi yang kami dengar
hanya ocehan yang menyakitkan telinga

Sering kulihat lari kaki-kaki kecilmu
tuk menunjukkan kemandirianmu
tapi yang kami lihat
adalah kenakalanmu

Maafkan kami anakku
yang hanya bisa berpikir dari sudut pandang
orang kalah

Anakku
dalam tidurmu
kugantungkan asaku

Kamis, 11 Agustus 2011

Kangguru kecil

Diposting oleh Unknown di 20.49 0 komentar
pagi ini sehabis mandi,jagoan kecilku melompat lompat kesana kemari.
lalu aku bertanya kepadanya"kenapa kamu nak?"kangkuru bunda"jawabnya, akupun tertawa "oooo kamu jadi kangkuru" selalu ada tingkahnya yang membuat aku tertawa.


Jumat, 24 Juni 2011

Konsistensi

Diposting oleh Unknown di 18.20 0 komentar
Cita-cita. Siapa yang nggak kenal ini. Sejak awal kita dikenalkan pada prinsip ini. Gantungkan cita-citamu setinggi langit, begitu kata orang-orang tua kita jaman dulu. So, banyak diantara kita yang bercita-cita setinggi langit. Jadi presiden. Itulah cita-cita tertinggi masa saya dulu. Di posisi kedua adalah dokter. Sedangkan untuk rangking tiga biasanya tentara atau polisi. Hmm, cita-cita yang luar biasa.

Tapi, pada kenyataannya banyak diantara kita yang sering berganti cita-cita. Saya sendiri waktu kecil maunya jadi pelukis. Kemudian begitu mulai besar berubah menjadi guru dan petani. Nah, waktu lebih besar lagi mau jadi pedagang. Kan duitnya banyak, begitu yang terlintas dalam pikiran saya.

Ada sebuah petikan cerita teman saya yang ngobrol sama keponakannya. Teman saya ini namanya Ida, sedangkan keponakannya namanya Fajri. Begini petikannya,
Ida: "Dik, kalau besar mau jadi apa?"
Fajri: "Mau jadi polisi"
Ida (berpikir sebentar): "kenapa?"
Fajri: "Polisi kan duitnya banyak."
Ida: " Kalau mau duitnya banyak mah nggak usah jadi polisi. Jadi tuyul aja, kalau nggak jadi babi ngepet. Duitnya pasti lebih banyak."
Fajri: "???!!"

Sedangkan anak saya lain lagi ceritanya. Sejak pertama kali saya tanya sampai detik ini dia nggak pernah beralih cita-cita. Saya nggak tahu bagaimana dia bisa konsisten mempertahankan prinsipnya. Padahal saya sendiri juga tidak habis mengerti apa alasan yang mendasarinya untuk bercita-cita seperti itu. Mau tahu cita-citanya? jadi "HANTU JEPANG"

Rabu, 08 Juni 2011

Sekolah ke Belanda

Diposting oleh Unknown di 21.09 0 komentar

Kemarin sore, pas aku baru pulang kerja, aku dikejutkan oleh sambutan anakku. Dengan berseri-seri dia bilang,"Ayah, Dean mau sekolah ke Belanda." Aku heran, darimana anak sekecil ini tahu Belanda. Telusur punya telusur, rupanya dia habis nonton iklan Indomie yang versi Beasiswa ke Itali.
Dulu sekali, pas jamanku masih seumuran sd, kami tahunya Belanda itu penjajah. Titik. Jahat, membuat sengsara bangsa Indonesia. Kami sama sekali tidak tahu informasi apapun tentang Belanda. Jangankan sekolah ke Belanda. Mendengar nama Belanda pun kami sudah ketakutan setengah mati.
Tapi kini aku bersyukur. Setidaknya anakku kini tidak lagi menerima informasi yang hanya dari satu sisi. Bahkan setahu dia sekolah ke Belanda itu enak. Bisa naik pesawat. Wong kami belum pernah naik pesawat sejauh ini. Paling banter naik busway. Itupun dia sudah seneng bukan main.
Mudah"an kesampaian ya anakku. Semoga bapakmu ini sanggup menyekolahkanmu kesana. Atau kita cari informasi buat dapetin beasiswa ke Belanda. Ada yang mau ikut?
Rabu, 31 Agustus 2011

Anakku

Wahai anakku,
dalam tidurmu kugantungkan asaku

Wahai anakku,
dalam lelapmu
ada asaku
ada galauku
ada takutku

Maafkan kami anakku
yang tlah terbiasa memarahimu
akibat himpitan masalah yang menerpaku

maafkan kami anakku
yang tlah berharap terlalu tinggi padamu
tanpa kami memahami bahwasanya engkau adalah pribadi
yang berdiri sendiri
dalam tubuh kecilmu

maafkan kami anakku
yang tak bisa menjadi orang tua ideal bagimu
yang hanya bisa berjuang semampu kami
tuk menjadi yang terbaik
yang kami mampu

Sering ku pandang senyummu
yang berusaha untuk menghiburku
tapi yang kami lihat adalah
engkau berusaha menyindirku

Sering kudengar cerita dan nyanyianmu
yang berusaha untuk menyenangkanku
tapi yang kami dengar
hanya ocehan yang menyakitkan telinga

Sering kulihat lari kaki-kaki kecilmu
tuk menunjukkan kemandirianmu
tapi yang kami lihat
adalah kenakalanmu

Maafkan kami anakku
yang hanya bisa berpikir dari sudut pandang
orang kalah

Anakku
dalam tidurmu
kugantungkan asaku
Kamis, 11 Agustus 2011

Kangguru kecil

pagi ini sehabis mandi,jagoan kecilku melompat lompat kesana kemari.
lalu aku bertanya kepadanya"kenapa kamu nak?"kangkuru bunda"jawabnya, akupun tertawa "oooo kamu jadi kangkuru" selalu ada tingkahnya yang membuat aku tertawa.


Jumat, 24 Juni 2011

Konsistensi

Cita-cita. Siapa yang nggak kenal ini. Sejak awal kita dikenalkan pada prinsip ini. Gantungkan cita-citamu setinggi langit, begitu kata orang-orang tua kita jaman dulu. So, banyak diantara kita yang bercita-cita setinggi langit. Jadi presiden. Itulah cita-cita tertinggi masa saya dulu. Di posisi kedua adalah dokter. Sedangkan untuk rangking tiga biasanya tentara atau polisi. Hmm, cita-cita yang luar biasa.

Tapi, pada kenyataannya banyak diantara kita yang sering berganti cita-cita. Saya sendiri waktu kecil maunya jadi pelukis. Kemudian begitu mulai besar berubah menjadi guru dan petani. Nah, waktu lebih besar lagi mau jadi pedagang. Kan duitnya banyak, begitu yang terlintas dalam pikiran saya.

Ada sebuah petikan cerita teman saya yang ngobrol sama keponakannya. Teman saya ini namanya Ida, sedangkan keponakannya namanya Fajri. Begini petikannya,
Ida: "Dik, kalau besar mau jadi apa?"
Fajri: "Mau jadi polisi"
Ida (berpikir sebentar): "kenapa?"
Fajri: "Polisi kan duitnya banyak."
Ida: " Kalau mau duitnya banyak mah nggak usah jadi polisi. Jadi tuyul aja, kalau nggak jadi babi ngepet. Duitnya pasti lebih banyak."
Fajri: "???!!"

Sedangkan anak saya lain lagi ceritanya. Sejak pertama kali saya tanya sampai detik ini dia nggak pernah beralih cita-cita. Saya nggak tahu bagaimana dia bisa konsisten mempertahankan prinsipnya. Padahal saya sendiri juga tidak habis mengerti apa alasan yang mendasarinya untuk bercita-cita seperti itu. Mau tahu cita-citanya? jadi "HANTU JEPANG"
Rabu, 08 Juni 2011

Sekolah ke Belanda


Kemarin sore, pas aku baru pulang kerja, aku dikejutkan oleh sambutan anakku. Dengan berseri-seri dia bilang,"Ayah, Dean mau sekolah ke Belanda." Aku heran, darimana anak sekecil ini tahu Belanda. Telusur punya telusur, rupanya dia habis nonton iklan Indomie yang versi Beasiswa ke Itali.
Dulu sekali, pas jamanku masih seumuran sd, kami tahunya Belanda itu penjajah. Titik. Jahat, membuat sengsara bangsa Indonesia. Kami sama sekali tidak tahu informasi apapun tentang Belanda. Jangankan sekolah ke Belanda. Mendengar nama Belanda pun kami sudah ketakutan setengah mati.
Tapi kini aku bersyukur. Setidaknya anakku kini tidak lagi menerima informasi yang hanya dari satu sisi. Bahkan setahu dia sekolah ke Belanda itu enak. Bisa naik pesawat. Wong kami belum pernah naik pesawat sejauh ini. Paling banter naik busway. Itupun dia sudah seneng bukan main.
Mudah"an kesampaian ya anakku. Semoga bapakmu ini sanggup menyekolahkanmu kesana. Atau kita cari informasi buat dapetin beasiswa ke Belanda. Ada yang mau ikut?
Related Posts with Thumbnails
 

anak cerdas indonesia Copyright © 2009 Paper Girl is Designed by Ipietoon Sponsored by Online Business Journal