Mengapa tak banyak lagu untuk anak di zaman sekarang? Alasan bahwa pasar untuk lagu anak tidak ada merupakan sebuah pendapat yang salah. Hal itu diungkapkan oleh psikolog Kasandra Putranto.Menurut Kasandra, Jumlah anak di Indonesia sangat besar dan anak-anak Itu membutuhkan lagu untuk mereka. Ini tentu merupakan peluang pasar yang belum tergarap. Contoh nyata sudah ditunjukkan dunia film.
Ketika film Indonesia masih lesu dan tidak ada satupun yang bersedia membuat film anak, hadir film Petualangan Sherina yang langsung menggebrak pasar. Karya sutradara Riri Reza yang membuat orangtua berduyun-duyun mengajak anak-anaknya mengantre di bioskop Itu memperlihatkan bahwa betapa masyarakat Indonesia sangat membutuhkan film anak yang berkualitas.
Keberhasilan Petualangan Sherina membuka pintu gerbang film Indonesia khususnya untuk anak-anak. Meski tidak banyak, tetapi anak Indonesia kini sudah bisa menikmati film yang dibuat untuk mereka, seperti Laskar Pelangi dan Garuda Di Dadaku.
"Semuanya tergantung bagaimana kita mengedukasi pasar dan menciptakan produk. Jangan katakan bahwa tidak adanya lagu anak seolah-olah karena pasar yang tidak ada. Semuanya tergantung dari kemauan saja." tandas Kasandra.
Hal senada diungkapkan oleh musisi senior Dian HP. Belum lama ini, Dian memproduseri lagu anak yang dibawakan oleh penyanyi cilik bernama Nima. Gadis kecil berusia 8 tahun Itu menelurkan single berjudul Bto Aku Punya Sahabat. Single Ini hadir untuk memuaskan dahaga orangtua yang Ingin anak-anaknya memiliki lagu khusus untuk mereka yang dinyanyikan pula oleh penyanyi cilik.
"Aku melihat ini sederhana saja. Selain berbakat di bidang seni, Nima Juga bisa menyanyi. Jadi aku buatkan album saja. Ini bisa sebagai koleksi tambahan bagi ibu-ibu yang Ingin mencarikan lagu untuk anaknya. Aku selalu dibuat pusing oleh ibu-ibu di sekolah musik yang terus mempertanyakan lagu anak," tutur Dian di sela-sela peluncuran lagu anak pekan lalu.
Meski lagu yang dibawakan Nima aransemen musiknya cukup berat dengan lirik yang panjang, namun kehadiran Nima diharapkan bisa memberi keyakinan bahwa label besar bisa membantu menghidupkan kembali lagu anak di Tanah Air.
Tetap bisnis Sementara menurut Ira Maya Sopha, menciptakan pasar baru untuk lagu anak Indonesia sangat memungkinkan. Bahkan bisa membuat lagu yang disesuaikan kondisi saat ini. atau istilahnya mengikuti zaman. Kemudian, untuk bisa mempopulerkan lagu tersebut bisa dilakukan melalui sebuah program acara di televisi yang dikemas semenarik mungkin.
"Kita harus lebih bijak melihat hal Ini. Jika kita serius untuk menciptakan lagu anak melalui program yang bagus maka kita harus duduk bersama membuat program di televisi yang bagus dengan kemasan yang menarik pula," papar Ira.
Namun, Ira mengingatkan bahwa semuanya berakhir dengan uang, karena Ini tetap menyangkut bisnis. Jika serius, harus dipikirkan dengan matang mulai dari pembuatnya hingga promosl di stasiun televisi. Tetap bisa idealis dengan business oriented," tandasnya.
Ira Juga mengingatkan bahwa lagu untuk anak-anak yang hendak dibuat tetap harus melihat pola pikir, tingkah laku dan sensifitas anak. Intelegensia anak pun memberi pengaruh karena perkembangannya sudah jauh berbeda dibandingkan beberapa puluh tahun yang lalu ketika lagu Cicak Cicak di Dinding diciptakan oleh AT Mahmud, (wik)
Jumat, 06 Agustus 2010
Anak Cerdas Berkat Musik
Dibandingkan dengan kemampuan rata-rata anak seusianya, anak dari Ny. Ir. Catharina (30) jauh lebih baik. Ketika berusia dua bulan, anaknya sudah bisa tertawa terbahak-bahak. Di usia 3,5 bulan, sudah bisa melepas kacamata kakeknya. Bahkan, ketika umurnya menginjak empat bulan, sudah bisa bersalaman.
Semua itu bukan tanpa sebab. Ketika hamil, Ny. Catharina ingat cerita orang tuanya bahwa musik klasik karya Wolfgang Amadeus Mozart bisa membuat perkembangan otak belahan kanan janin dalam kandungan menjadi lebih baik sehingga meningkatkan kemampuan afektif si anak.
Dari situlah ia lalu berusaha untuk selalu mendengarkan musik klasik. Dalam perjalanan ke kantornya, musik yang buat banyak orang terasa berat itu terus mengalun dari kaset di dalam mobilnya. Baginya mendengarkan musik klasik bukanlah kegiatan aneh apalagi membosankan karena kebetulan ia pencinta musik klasik. Ia justru terhibur di tengah-tengah kemacetan lalu lintas ibukota.
Kedua belahan otak harus imbang
Mendengarkan musik klasik sebenarnya merupakan bagian dari beberapa stimulasi yang biasanya diberikan oleh ibu hamil kepada janin di dalam kandungannya. Demikian kata Prof. Dr. Utami Munandar dalam seminar “Pengaruh Mendengarkan Musik Klasik terhadap Janin dan Kehamilan“, di Jakarta, November 1998 silam.
Menurut guru besar Fakultas Psikologi Universitas Indonesia itu, stimulasi tersebut meliputi stimulasi fisik-motorik dengan “mengelus-elus” jabang bayi melalui kulit perut sang ibu, stimulasi kognitif dengan berbicara dan bercerita kepada janin, dan stimulasi afektif dengan menyentuh perasaan bayi. Makin sering dan teratur perangsangan diberikan, makin efektif pengaruhnya.
Pada janin, musik akan merangsang perkembangan sel-sel otak. Perangsangan ini sangat penting karena masa tumbuh kembang otak yang paling pesat terjadi sejak awal kehamilan hingga bayi berusia tiga tahun. Namun, menurut dr. Jimmy Passat, ahli saraf dari FKUI-RSCM, dan Isye Widodo, S.Psi, koordinator Parent Education Program RSAB Harapan Kita, Jakarta, intervensi ini haruslah seimbang. Orang tua sebaiknya tidak hanya menstimulasi kemampuan otak kiri, tetapi juga otak kanannya.
Oleh para pakar, organ pengontrol pikiran, ucapan, dan emosi ini memang dibedakan atas dua belahan, kiri dan kanan, dengan fungsi berbeda. Otak kanan berkaitan dengan perkembangan artistik dan kreatif, perasaan, gaya bahasa, irama musik, imajinasi, lamunan, warna, pengenalan diri dan orang lain, sosialisasi, serta pengembangan kepribadian. Sementara otak kiri merupakan tempat untuk melakukan fungsi akademik seperti baca-tulis-hitung, daya ingat (nama, waktu, dan peristiwa), logika, dan analisis.
Oleh karena itu, bila stimulasi dilakukan secara seimbang, diharapkan anak yang dilahirkan kelak tidak cuma memiliki kemampuan akademik yang baik tetapi juga kreatif. Kalau dia pintar matematika, dia juga mampu berbahasa, menulis, dan mengarang dengan baik.
Sementara itu bagi ibu hamil, musik – terutama yang klasik – bisa membebaskannya dari stres akibat kehamilan. Ini sangat baik sebab, menurut dr. Suharwan Hadisudarmo Sp.OG. MMR, stres yang tidak dikelola dengan baik, akan berdampak buruk bagi ibu yang bersangkutan dan perkembangan janin di rahimnya. Stres pada wanita hamil akan meningkatkan kadar renin angiotensin, yang memang sudah meningkat pada wanita hamil sehingga akan mengurangi sirkulasi rahim-plasenta-janin. Penurunan sirkulasi ini menyebabkan pasokan nutrisi dan oksigen kepada janin berkurang. Perkembangan janin pun terhambat. Hambatan macam ini bisa dihilangkan atau dikurangi bila si ibu mendengarkan musik klasik, terutama karya Mozart.
Memang, tidak setiap ibu hamil menyukai musik klasik. Namun, kalau didengarkan secara berulang-ulang hingga hafal, akan terasa letak indahnya musik klasik ini. Keindahan dan ketenangan inilah yang membuat musik klasik itu istimewa.
Cukup 30 menit sehari
Mungkin semua jenis musik, dari yang tradisional hingga modern, bisa pula dimanfaatkan untuk hal yang sama. Namun, hingga saat ini yang sudah diteliti dan menunjukkan hasil positif baru musik klasik, terutama karya Mozart. Jenis musik ini terbukti efektif dalam menstimulasi perkembangan otak belahan kanan dari janin. Menurut Suzuki (1987), seperti dikutip Utami, bila anak dibesarkan dalam suasana musik Mozart sejak dini, jiwa Mozart yang penuh kasih sayang akan tumbuh juga dalam dirinya.
Mendengar alunan musik yang tenang, jantung si janin berdenyut dengan tenang pula. Bahkan, setelah dilahirkan mendengarkan musik klasik juga memberi pengaruh baik bagi si bayi. Sekadar contoh, seperti diberikan Utami, seorang bayi berusia tiga bulan, yang sejak lahir sering diputarkan musik klasik, mampu menggerakkan badannya sesuai dengan iramanya. Jika irama makin cepat menuju klimaks, gerakan bayi lebih cepat dan aktif, dan ketika musik berhenti dia menunjukkan ketidaksenangan.
Sementara untuk merangsang belahan otak kiri yang bertanggung jawab terhadap kemampuan akademik, tambah Isye, musik dengan syair yang mendidik terbukti memberi pengaruh baik. “Saya menggunakan lagu-lagu anak-anak Indonesia. Itu merupakan eksperimen saya sendiri. Nah, intervensi yang saya gunakan selama ini ternyata ada gunanya. Bayi yang dilahirkan, ketika berusia dua tahun ternyata memiliki kemampuan komunikasi pasif dan aktif seperti anak usia empat tahun. Contoh lainnya, bayi berusia tiga bulan umumnya belum ada tanda-tanda mengeluarkan kata-kata ‘a-e-o’. Tapi bayi yang, ketika masih dalam kandungan, mendapat terapi musik sudah bisa mengeluarkan kata-kata itu, kemampuan berbahasanya lebih cepat,” ungkapnya.
Isye juga menyatakan, lagu anak-anak yang dipilih untuk terapi cukup dua tiga lagu. Musik bersyair itu misalnya lagu anak-anak ciptaan Ibu Sud atau Ibu Kasur. Menurut dia, Pelangi-Pelangi merupakan lagu paling disukai. “Pada akhir lagu itu ‘kan ada syair ‘… ciptaan Tuhan’. Jadi sejak janin, calon anak ini sudah mengenal kata Tuhan,” jelasnya.
Stimulasi perkembangan otak janin ini bisa dilakukan sejak usia kehamilan 18 – 20 minggu. Menurut Harold I. Kaplan, Benjamin J. Sadock, dan Jack A. Grebb, pada usia itu janin sudah dapat mendengar. Dia juga sudah bisa bereaksi terhadap suara dengan memberi respons berupa kontraksi otot, pergerakan, dan perubahan denyut jantung. Bahkan, pada usia itu perkembangan mental emosional janin sudah dapat dipengaruhi musik.
Mendengarkannya bisa dilakukan di mana saja. Namun, untuk tujuan terapi sebaiknya dilakukan di tempat khusus untuk terapi dan dipandu oleh pakarnya. “Di tempat terapi ini akan tercipta suasana kebersamaan. Dengan kebersamaan itu, mereka bisa bertukar pengalaman dan sebagainya, sehingga saat menghadapi persalinan persiapan mental mereka sudah bagus dan rasa percaya dirinya juga bagus,” jelas Isye. Di samping itu ibu hamil dianjurkan pula mendengarkan musik di rumah secara teratur.
Dalam melakukan terapi musik, ibu hamil mesti melalui tahapan relaksasi fisik dan mental sebelum memasuki tahapan stimulasi terhadap janin. “Untuk mencapai rileks fisik saya memberikan relaksasi progresif di mana ibu-ibu mengendurkan dan mengencangkan otot-ototnya, mengatur pernapasan dan sebagainya. Setelah secara fisik rileks, baru memasuki relaksasi mental. Dalam relaksasi mental, saya mengucapkan kata-kata yang bersifat sugesti dan menguatkan. Jadi secara fisik mereka rileks, dan saya membawa mereka ke dalam suasana di mana mereka bisa melupakan semua konflik yang mereka rasakan sebelumnya. Mereka hanya berkonsentrasi untuk terapi. Pada saat diberi instruksi-instruksi untuk relaksasi, diperdengarkan alunan musik yang bisa membangkitkan perasaan rileks. Setelah itu, baru memasuki stimulasi untuk janin,” jelas psikolog yang memperdalam terapi musik di Jerman ini.
Waktu yang diperlukan untuk terapi sekitar 30 menit, untuk relaksasi (10 – 15 menit), dan stimulasi (15 – 20 menit). Di rumah, lamanya mendengarkan musik yang dianjurkan untuk ibu hamil sekitar 30 menit setiap hari. Sebaiknya, saat mendengarkan jarak loudspeaker sekitar 50 cm dari perut. Si ibu bisa melakukannya dalam keadaan istirahat atau aktif seperti membaca atau melakukan senam hamil.
Untuk memperoleh manfaat dari mendengarkan musik, ibu hamil dianjurkan mendengarkan dengan penuh perhatian dan kesadaran. Musik mesti mendapat kesempatan untuk merasuk ke dalam pikiran. Dengan demikian, suara, harmoni, dan irama musik dapat mendorong seseorang untuk bergairah, kreatif, dan menyenangkan.
Bagi yang belum terbiasa mendengarkan musik klasik, sebaiknya dimulai dengan belajar menikmati musik klasik ringan macam gubahan Johann Strauss. Setelah terbiasa bisa dicoba dengan yang lebih berat dan sudah terkenal seperti gubahan W.A. Mozart, Fredric Chopin, dan Ludwig van Beethoven. Berikutnya dicoba musik dengan komposisi lengkap, seperti konser atau simfoni.
Memutar janin sungsang
Uniknya, stimulasi musik klasik juga bisa digunakan untuk memutar posisi janin sungsang menjadi normal. Menurut dr. Ronald David, SpOG, ahli kebidanan dan penyakit kandungan Fakultas Kedokteran Unika Atmajaya, Jakarta, beberapa jenis musik baroque ciptaan Antonio Vivaldi dan Johann Sebastian Bach, kini digunakan di Kanada dalam upaya memutar letak janin yang sungsang sejak usia 32 – 35 minggu.
Semula upaya memutar letak janin ini dilakukan cuma melalui senam (postural exercise) dengan posisi the breech tilt (berbaring dengan pantat disokong tiga bantal hingga tingginya sekitar 30 cm dari lantai dan lutut ditekuk) yang diperkenalkan pertama kali oleh Marianne B.W. pada 1983. Atau, dengan cara visualisasi (mengubah posisi janin dengan kemampuan mental). Pada tahun 1987 Penny Simkin P.T. menyempurnakan cara senam dengan memadukan senam dan musik.
Dalam memadukan senam dan musik klasik, posisi senam the breech tilt atau knee chest (menungging dengan dada menempel pada lantai) sebenarnya sama saja. “Namun, posisi the breech tilt menimbulkan lebih banyak keluhan pada ibu hamil. Karena itu, kami menganjurkan untuk memilih posisi knee chest,” jelas dr. Ronald.
Dengan posisi itu ditambah dengan gaya gravitasi, kepala janin akan jatuh ke arah fundus uteri. Gaya gravitasi yang terus-menerus menyebabkan kepala janin lebih fleksibel sehingga dagu janin menyentuh dadanya. Berat badan serta penekanan oleh usaha janin sendiri untuk mencari suara musik klasik agar lebih jelas menyebabkan terjadinya perputaran letak lintang dan kemudian menjadi letak kepala.
Untuk tujuan ini, ibu hamil perlu pemeriksaan medis dan pemeriksaan USG terlebih dahulu guna mengetahui letak plasenta. Dari hasilnya bisa diketahui bisa-tidaknya si ibu melakukan senam yang dikombinasi dengan terapi musik untuk mengubah posisi janin. Kalau OK, latihan bisa dimulai. Latihan ini dimulai pada usia kehamilan 32 – 36 minggu. Tempat sebaiknya dipilih yang tenang dan bebas bising. Frekuensinya tiga kali sehari, masing-masing 10 – 15 menit. Latihan sebaiknya dilakukan saat janin aktif dan perut ibu dalam keadaan kosong.
Saat latihan sepasang earphone ditempelkan di bagian perut bawah, tempat kepala janin diharapkan akan berada, dengan bantuan plester atau perekat lainnya. Beberapa penelitian menunjukkan, musik klasik baroque (Vivaldi, Bach, Mozart) lebih baik ketimbang jenis romantic (Chopin, Debussy, Beethoven). Musik rock malah mengganggu putaran janin. Pikiran hendaknya membayangkan janin berputar ke arah yang diharapkan. Bila kepala terasa panas, pusing, mual, latihan dihentikan dan diulang keesokan harinya. Setelah dua minggu latihan, perlu pemeriksaan dokter untuk mengetahui keberhasilannya. Bila belum berhasil, perlu dilanjutkan lagi selama dua minggu dengan lama latihan sekitar 30 menit.
“Kunci keberhasilan senam yang dikombinasikan musik klasik untuk memutar letak bayi ini tergantung motivasi ibu melakukannya,” jelas dr. David. Sedangkan faktor-faktor yang menyebabkan kegagalan perputaran di antaranya letak sungsang Frank Breech, lilitan tali pusat, plasenta inersi di comu uteri yang berhadapan dengan muka janin, dan kelainan bentuk uteris (bicomis, subseptus).
Saat ini penggunaan musik klasik untuk stimulasi atau terapi bagi janin dan ibu hamil memang bukan hal baru di negara maju macam Prancis dan Jepang. Sebaliknya, di Indonesia baru dicoba sejak beberapa tahun terakhir. Pada tahun 1994 RSAB Harapan Kita, Jakarta, merintis penerapan cara-cara stimulasi atau terapi ini. Setelah itu, beberapa rumah sakit ikut mempraktikkan. Di antaranya RS Atmajaya, RS Pantai Indah Kapuk, dan RS Pluit. Bahkan, terapi musik sudah masuk ke Puskesmas meski baru Puskesmas Tambora, Jakarta Barat yang mempraktikkannya.
Namun, jauh dari pusat-pusat pelayanan kesehatan juga bukan berarti ibu-ibu hamil tidak bisa melakukannya. Mereka bisa mencobanya di rumah sendiri, syukur-syukur bila sempat berkonsultasi denga terapis musik terlebih dahulu.
Sumber : I Gede Agung Yudana, dr. & Hardywinoto SKM (intisari – Mei 1999)
Sumber: Anak Cerdas dan Kreatif Berkat Alunan Musik | Kehamilan http://keluargacemara.com/pendidikan/pendidikan-anak/anak-cerdas-dan-kreatif-berkat-alunan-musik.html#ixzz0vzWjBvdc
Under Creative Commons License: Attribution Non-Commercial
Semua itu bukan tanpa sebab. Ketika hamil, Ny. Catharina ingat cerita orang tuanya bahwa musik klasik karya Wolfgang Amadeus Mozart bisa membuat perkembangan otak belahan kanan janin dalam kandungan menjadi lebih baik sehingga meningkatkan kemampuan afektif si anak.
Dari situlah ia lalu berusaha untuk selalu mendengarkan musik klasik. Dalam perjalanan ke kantornya, musik yang buat banyak orang terasa berat itu terus mengalun dari kaset di dalam mobilnya. Baginya mendengarkan musik klasik bukanlah kegiatan aneh apalagi membosankan karena kebetulan ia pencinta musik klasik. Ia justru terhibur di tengah-tengah kemacetan lalu lintas ibukota.
Kedua belahan otak harus imbang
Mendengarkan musik klasik sebenarnya merupakan bagian dari beberapa stimulasi yang biasanya diberikan oleh ibu hamil kepada janin di dalam kandungannya. Demikian kata Prof. Dr. Utami Munandar dalam seminar “Pengaruh Mendengarkan Musik Klasik terhadap Janin dan Kehamilan“, di Jakarta, November 1998 silam.
Menurut guru besar Fakultas Psikologi Universitas Indonesia itu, stimulasi tersebut meliputi stimulasi fisik-motorik dengan “mengelus-elus” jabang bayi melalui kulit perut sang ibu, stimulasi kognitif dengan berbicara dan bercerita kepada janin, dan stimulasi afektif dengan menyentuh perasaan bayi. Makin sering dan teratur perangsangan diberikan, makin efektif pengaruhnya.
Pada janin, musik akan merangsang perkembangan sel-sel otak. Perangsangan ini sangat penting karena masa tumbuh kembang otak yang paling pesat terjadi sejak awal kehamilan hingga bayi berusia tiga tahun. Namun, menurut dr. Jimmy Passat, ahli saraf dari FKUI-RSCM, dan Isye Widodo, S.Psi, koordinator Parent Education Program RSAB Harapan Kita, Jakarta, intervensi ini haruslah seimbang. Orang tua sebaiknya tidak hanya menstimulasi kemampuan otak kiri, tetapi juga otak kanannya.
Oleh para pakar, organ pengontrol pikiran, ucapan, dan emosi ini memang dibedakan atas dua belahan, kiri dan kanan, dengan fungsi berbeda. Otak kanan berkaitan dengan perkembangan artistik dan kreatif, perasaan, gaya bahasa, irama musik, imajinasi, lamunan, warna, pengenalan diri dan orang lain, sosialisasi, serta pengembangan kepribadian. Sementara otak kiri merupakan tempat untuk melakukan fungsi akademik seperti baca-tulis-hitung, daya ingat (nama, waktu, dan peristiwa), logika, dan analisis.
Oleh karena itu, bila stimulasi dilakukan secara seimbang, diharapkan anak yang dilahirkan kelak tidak cuma memiliki kemampuan akademik yang baik tetapi juga kreatif. Kalau dia pintar matematika, dia juga mampu berbahasa, menulis, dan mengarang dengan baik.
Sementara itu bagi ibu hamil, musik – terutama yang klasik – bisa membebaskannya dari stres akibat kehamilan. Ini sangat baik sebab, menurut dr. Suharwan Hadisudarmo Sp.OG. MMR, stres yang tidak dikelola dengan baik, akan berdampak buruk bagi ibu yang bersangkutan dan perkembangan janin di rahimnya. Stres pada wanita hamil akan meningkatkan kadar renin angiotensin, yang memang sudah meningkat pada wanita hamil sehingga akan mengurangi sirkulasi rahim-plasenta-janin. Penurunan sirkulasi ini menyebabkan pasokan nutrisi dan oksigen kepada janin berkurang. Perkembangan janin pun terhambat. Hambatan macam ini bisa dihilangkan atau dikurangi bila si ibu mendengarkan musik klasik, terutama karya Mozart.
Memang, tidak setiap ibu hamil menyukai musik klasik. Namun, kalau didengarkan secara berulang-ulang hingga hafal, akan terasa letak indahnya musik klasik ini. Keindahan dan ketenangan inilah yang membuat musik klasik itu istimewa.
Cukup 30 menit sehari
Mungkin semua jenis musik, dari yang tradisional hingga modern, bisa pula dimanfaatkan untuk hal yang sama. Namun, hingga saat ini yang sudah diteliti dan menunjukkan hasil positif baru musik klasik, terutama karya Mozart. Jenis musik ini terbukti efektif dalam menstimulasi perkembangan otak belahan kanan dari janin. Menurut Suzuki (1987), seperti dikutip Utami, bila anak dibesarkan dalam suasana musik Mozart sejak dini, jiwa Mozart yang penuh kasih sayang akan tumbuh juga dalam dirinya.
Mendengar alunan musik yang tenang, jantung si janin berdenyut dengan tenang pula. Bahkan, setelah dilahirkan mendengarkan musik klasik juga memberi pengaruh baik bagi si bayi. Sekadar contoh, seperti diberikan Utami, seorang bayi berusia tiga bulan, yang sejak lahir sering diputarkan musik klasik, mampu menggerakkan badannya sesuai dengan iramanya. Jika irama makin cepat menuju klimaks, gerakan bayi lebih cepat dan aktif, dan ketika musik berhenti dia menunjukkan ketidaksenangan.
Sementara untuk merangsang belahan otak kiri yang bertanggung jawab terhadap kemampuan akademik, tambah Isye, musik dengan syair yang mendidik terbukti memberi pengaruh baik. “Saya menggunakan lagu-lagu anak-anak Indonesia. Itu merupakan eksperimen saya sendiri. Nah, intervensi yang saya gunakan selama ini ternyata ada gunanya. Bayi yang dilahirkan, ketika berusia dua tahun ternyata memiliki kemampuan komunikasi pasif dan aktif seperti anak usia empat tahun. Contoh lainnya, bayi berusia tiga bulan umumnya belum ada tanda-tanda mengeluarkan kata-kata ‘a-e-o’. Tapi bayi yang, ketika masih dalam kandungan, mendapat terapi musik sudah bisa mengeluarkan kata-kata itu, kemampuan berbahasanya lebih cepat,” ungkapnya.
Isye juga menyatakan, lagu anak-anak yang dipilih untuk terapi cukup dua tiga lagu. Musik bersyair itu misalnya lagu anak-anak ciptaan Ibu Sud atau Ibu Kasur. Menurut dia, Pelangi-Pelangi merupakan lagu paling disukai. “Pada akhir lagu itu ‘kan ada syair ‘… ciptaan Tuhan’. Jadi sejak janin, calon anak ini sudah mengenal kata Tuhan,” jelasnya.
Stimulasi perkembangan otak janin ini bisa dilakukan sejak usia kehamilan 18 – 20 minggu. Menurut Harold I. Kaplan, Benjamin J. Sadock, dan Jack A. Grebb, pada usia itu janin sudah dapat mendengar. Dia juga sudah bisa bereaksi terhadap suara dengan memberi respons berupa kontraksi otot, pergerakan, dan perubahan denyut jantung. Bahkan, pada usia itu perkembangan mental emosional janin sudah dapat dipengaruhi musik.
Mendengarkannya bisa dilakukan di mana saja. Namun, untuk tujuan terapi sebaiknya dilakukan di tempat khusus untuk terapi dan dipandu oleh pakarnya. “Di tempat terapi ini akan tercipta suasana kebersamaan. Dengan kebersamaan itu, mereka bisa bertukar pengalaman dan sebagainya, sehingga saat menghadapi persalinan persiapan mental mereka sudah bagus dan rasa percaya dirinya juga bagus,” jelas Isye. Di samping itu ibu hamil dianjurkan pula mendengarkan musik di rumah secara teratur.
Dalam melakukan terapi musik, ibu hamil mesti melalui tahapan relaksasi fisik dan mental sebelum memasuki tahapan stimulasi terhadap janin. “Untuk mencapai rileks fisik saya memberikan relaksasi progresif di mana ibu-ibu mengendurkan dan mengencangkan otot-ototnya, mengatur pernapasan dan sebagainya. Setelah secara fisik rileks, baru memasuki relaksasi mental. Dalam relaksasi mental, saya mengucapkan kata-kata yang bersifat sugesti dan menguatkan. Jadi secara fisik mereka rileks, dan saya membawa mereka ke dalam suasana di mana mereka bisa melupakan semua konflik yang mereka rasakan sebelumnya. Mereka hanya berkonsentrasi untuk terapi. Pada saat diberi instruksi-instruksi untuk relaksasi, diperdengarkan alunan musik yang bisa membangkitkan perasaan rileks. Setelah itu, baru memasuki stimulasi untuk janin,” jelas psikolog yang memperdalam terapi musik di Jerman ini.
Waktu yang diperlukan untuk terapi sekitar 30 menit, untuk relaksasi (10 – 15 menit), dan stimulasi (15 – 20 menit). Di rumah, lamanya mendengarkan musik yang dianjurkan untuk ibu hamil sekitar 30 menit setiap hari. Sebaiknya, saat mendengarkan jarak loudspeaker sekitar 50 cm dari perut. Si ibu bisa melakukannya dalam keadaan istirahat atau aktif seperti membaca atau melakukan senam hamil.
Untuk memperoleh manfaat dari mendengarkan musik, ibu hamil dianjurkan mendengarkan dengan penuh perhatian dan kesadaran. Musik mesti mendapat kesempatan untuk merasuk ke dalam pikiran. Dengan demikian, suara, harmoni, dan irama musik dapat mendorong seseorang untuk bergairah, kreatif, dan menyenangkan.
Bagi yang belum terbiasa mendengarkan musik klasik, sebaiknya dimulai dengan belajar menikmati musik klasik ringan macam gubahan Johann Strauss. Setelah terbiasa bisa dicoba dengan yang lebih berat dan sudah terkenal seperti gubahan W.A. Mozart, Fredric Chopin, dan Ludwig van Beethoven. Berikutnya dicoba musik dengan komposisi lengkap, seperti konser atau simfoni.
Memutar janin sungsang
Uniknya, stimulasi musik klasik juga bisa digunakan untuk memutar posisi janin sungsang menjadi normal. Menurut dr. Ronald David, SpOG, ahli kebidanan dan penyakit kandungan Fakultas Kedokteran Unika Atmajaya, Jakarta, beberapa jenis musik baroque ciptaan Antonio Vivaldi dan Johann Sebastian Bach, kini digunakan di Kanada dalam upaya memutar letak janin yang sungsang sejak usia 32 – 35 minggu.
Semula upaya memutar letak janin ini dilakukan cuma melalui senam (postural exercise) dengan posisi the breech tilt (berbaring dengan pantat disokong tiga bantal hingga tingginya sekitar 30 cm dari lantai dan lutut ditekuk) yang diperkenalkan pertama kali oleh Marianne B.W. pada 1983. Atau, dengan cara visualisasi (mengubah posisi janin dengan kemampuan mental). Pada tahun 1987 Penny Simkin P.T. menyempurnakan cara senam dengan memadukan senam dan musik.
Dalam memadukan senam dan musik klasik, posisi senam the breech tilt atau knee chest (menungging dengan dada menempel pada lantai) sebenarnya sama saja. “Namun, posisi the breech tilt menimbulkan lebih banyak keluhan pada ibu hamil. Karena itu, kami menganjurkan untuk memilih posisi knee chest,” jelas dr. Ronald.
Dengan posisi itu ditambah dengan gaya gravitasi, kepala janin akan jatuh ke arah fundus uteri. Gaya gravitasi yang terus-menerus menyebabkan kepala janin lebih fleksibel sehingga dagu janin menyentuh dadanya. Berat badan serta penekanan oleh usaha janin sendiri untuk mencari suara musik klasik agar lebih jelas menyebabkan terjadinya perputaran letak lintang dan kemudian menjadi letak kepala.
Untuk tujuan ini, ibu hamil perlu pemeriksaan medis dan pemeriksaan USG terlebih dahulu guna mengetahui letak plasenta. Dari hasilnya bisa diketahui bisa-tidaknya si ibu melakukan senam yang dikombinasi dengan terapi musik untuk mengubah posisi janin. Kalau OK, latihan bisa dimulai. Latihan ini dimulai pada usia kehamilan 32 – 36 minggu. Tempat sebaiknya dipilih yang tenang dan bebas bising. Frekuensinya tiga kali sehari, masing-masing 10 – 15 menit. Latihan sebaiknya dilakukan saat janin aktif dan perut ibu dalam keadaan kosong.
Saat latihan sepasang earphone ditempelkan di bagian perut bawah, tempat kepala janin diharapkan akan berada, dengan bantuan plester atau perekat lainnya. Beberapa penelitian menunjukkan, musik klasik baroque (Vivaldi, Bach, Mozart) lebih baik ketimbang jenis romantic (Chopin, Debussy, Beethoven). Musik rock malah mengganggu putaran janin. Pikiran hendaknya membayangkan janin berputar ke arah yang diharapkan. Bila kepala terasa panas, pusing, mual, latihan dihentikan dan diulang keesokan harinya. Setelah dua minggu latihan, perlu pemeriksaan dokter untuk mengetahui keberhasilannya. Bila belum berhasil, perlu dilanjutkan lagi selama dua minggu dengan lama latihan sekitar 30 menit.
“Kunci keberhasilan senam yang dikombinasikan musik klasik untuk memutar letak bayi ini tergantung motivasi ibu melakukannya,” jelas dr. David. Sedangkan faktor-faktor yang menyebabkan kegagalan perputaran di antaranya letak sungsang Frank Breech, lilitan tali pusat, plasenta inersi di comu uteri yang berhadapan dengan muka janin, dan kelainan bentuk uteris (bicomis, subseptus).
Saat ini penggunaan musik klasik untuk stimulasi atau terapi bagi janin dan ibu hamil memang bukan hal baru di negara maju macam Prancis dan Jepang. Sebaliknya, di Indonesia baru dicoba sejak beberapa tahun terakhir. Pada tahun 1994 RSAB Harapan Kita, Jakarta, merintis penerapan cara-cara stimulasi atau terapi ini. Setelah itu, beberapa rumah sakit ikut mempraktikkan. Di antaranya RS Atmajaya, RS Pantai Indah Kapuk, dan RS Pluit. Bahkan, terapi musik sudah masuk ke Puskesmas meski baru Puskesmas Tambora, Jakarta Barat yang mempraktikkannya.
Namun, jauh dari pusat-pusat pelayanan kesehatan juga bukan berarti ibu-ibu hamil tidak bisa melakukannya. Mereka bisa mencobanya di rumah sendiri, syukur-syukur bila sempat berkonsultasi denga terapis musik terlebih dahulu.
Sumber : I Gede Agung Yudana, dr. & Hardywinoto SKM (intisari – Mei 1999)
Sumber: Anak Cerdas dan Kreatif Berkat Alunan Musik | Kehamilan http://keluargacemara.com/pendidikan/pendidikan-anak/anak-cerdas-dan-kreatif-berkat-alunan-musik.html#ixzz0vzWjBvdc
Under Creative Commons License: Attribution Non-Commercial
Pengaruh Musik pada Anak
Penelitian membuktikan bahwa musik, terutama musik klasik sangat mempengaruhi
perkembangan IQ (Intelegent Quotien) dan EQ (Emotional Quotien). Seorang anak
yang sejak kecil terbiasa mendengarkan musik akan lebih berkembang kecerdasan
emosional dan intelegensinya dibandingkan dengan anak yang jarang mendengarkan
musik. Yang dimaksud musik di sini adalah musik yang memiliki irama teratur dan
nada-nada yang teratur, bukan nada-nada “miring”. Tingkat kedisiplinan anak
yang sering mendengarkan musik juga lebih baik dibanding dengan anak yang
jarang mendengarkan musik.
Grace Sudargo, seorang musisi dan pendidik mengatakan, “Dasar-dasar musik
klasik secara umum berasal dari ritme denyut nadi manusia sehingga ia berperan
besar dalam perkembangan otak, pembentukan jiwa, karakter, bahkan raga manusia”.
Penelitian menunjukkan, musik klasik yang mengandung komposisi nada
berfluktuasi antara nada tinggi dan nada rendah akan merangsang kuadran C pada
otak. Sampai usia 4 tahun, kuadran B dan C pada otak anak-anak akan berkembang
hingga 80 % dengan musik.
“Musik sangat mempengaruhi kehidupan manusia. Musik memiliki 3 bagian penting
yaitu beat, ritme, dan harmony”, demikian kata Ev. Andreas Christanday dalam
suatu ceramah musik. “Beat mempengaruhi tubuh, ritme mempengaruhi jiwa,
sedangkan harmony mempengaruhi roh”. Contoh paling nyata bahwa beat sangat
mempengaruhi tubuh adalah dalam konser musik rock. Bisa dipastikan tidak ada
penonton maupun pemain dalam konser musik rock yang tubuhnya tidak bergerak.
Semuanya bergoyang dengan dahsyat, bahkan cenderung lepas kontrol. Kita masih
ingat dengan “head banger”, suatu gerakan memutar-mutar kepala mengikuti irama
music rock yang kencang. Dan tubuh itu mengikutinya seakan tanpa rasa lelah.
Jika hati kita sedang susah, cobalah mendengarkan musik yang indah, yang
memiliki irama (ritme) yang teratur. Perasaan kita akan lebih enak dan enteng.
Bahkan di luar negeri, pihak rumah sakit banyak memperdengarkan lagu-lagu indah
untuk membantu penyembuhan para pasiennya. Itu
suatu bukti, bahwa ritme sangat mempengaruhi jiwa manusia. Sedangkan harmony
sangat mempengaruhi roh. Jika kita menonton film horor, selalu terdengar
harmony (melodi) yang menyayat hati, yang membuat bulu kuduk kita berdiri.
Dalam ritual-ritual keagamaan juga banyak digunakan harmony yang membawa roh
manusia masuk ke dalam alam penyembahan. Di dalam meditasi, manusia mendengar
harmony dari suara-suara alam disekelilingnya. “Musik yang baik bagi kehidupan
manusia adalah musik yang seimbang antara beat, ritme, dan harmony”, ujar Ev.
Andreas Christanday.
Seorang ahli biofisika telah melakukan suatu percobaan tentang pengaruh musik
bagi kehidupan makhluk hidup. Dua tanaman dari jenis dan umur yang sama
diletakkan pada tempat yang berbeda. Yang satu diletakkan dekat dengan pengeras
suara (speaker) yang menyajikan lagu-lagu slow rock dan heavy rock, sedangkan
tanaman yang lain diletakkan dekat dengan speaker yang memperdengarkan
lagu-lagu yang indah dan berirama teratur. Dalam beberapa hari terjadi
perbedaan yang sangat mencolok. Tanaman yang berada di dekat speaker lagu-lagu
rock menjadi layu dan mati, sedangkan tanaman yang berada di dekat speaker
lagu-lagu indah tumbuh segar dan berbunga. Suatu bukti nyata bahwa musik sangat
mempengaruhi kehidupan makhluk hidup.
Alam semesta tercipta dengan musik alam yang sangat indah. Gemuruh ombak di
laut, deru angin di gunung, dan rintik hujan merupakan musik alam yang sangat
indah. Dan sudah terbukti, bagaimana pengaruh musik alam itu bagi kehidupan
manusia.
Wulaningrum Wibisono, S.Psi mengatakan, “Jikalau Anda merasakan hari ini begitu
berat, coba periksa lagi hidup Anda pada hari ini. Jangan-jangan Anda belum
mendengarkan musik dan bernyanyi”.
sumber : http://www.mail-archive.com/media-dakwah@yahoogroups.com/msg08782.html
perkembangan IQ (Intelegent Quotien) dan EQ (Emotional Quotien). Seorang anak
yang sejak kecil terbiasa mendengarkan musik akan lebih berkembang kecerdasan
emosional dan intelegensinya dibandingkan dengan anak yang jarang mendengarkan
musik. Yang dimaksud musik di sini adalah musik yang memiliki irama teratur dan
nada-nada yang teratur, bukan nada-nada “miring”. Tingkat kedisiplinan anak
yang sering mendengarkan musik juga lebih baik dibanding dengan anak yang
jarang mendengarkan musik.
Grace Sudargo, seorang musisi dan pendidik mengatakan, “Dasar-dasar musik
klasik secara umum berasal dari ritme denyut nadi manusia sehingga ia berperan
besar dalam perkembangan otak, pembentukan jiwa, karakter, bahkan raga manusia”.
Penelitian menunjukkan, musik klasik yang mengandung komposisi nada
berfluktuasi antara nada tinggi dan nada rendah akan merangsang kuadran C pada
otak. Sampai usia 4 tahun, kuadran B dan C pada otak anak-anak akan berkembang
hingga 80 % dengan musik.
“Musik sangat mempengaruhi kehidupan manusia. Musik memiliki 3 bagian penting
yaitu beat, ritme, dan harmony”, demikian kata Ev. Andreas Christanday dalam
suatu ceramah musik. “Beat mempengaruhi tubuh, ritme mempengaruhi jiwa,
sedangkan harmony mempengaruhi roh”. Contoh paling nyata bahwa beat sangat
mempengaruhi tubuh adalah dalam konser musik rock. Bisa dipastikan tidak ada
penonton maupun pemain dalam konser musik rock yang tubuhnya tidak bergerak.
Semuanya bergoyang dengan dahsyat, bahkan cenderung lepas kontrol. Kita masih
ingat dengan “head banger”, suatu gerakan memutar-mutar kepala mengikuti irama
music rock yang kencang. Dan tubuh itu mengikutinya seakan tanpa rasa lelah.
Jika hati kita sedang susah, cobalah mendengarkan musik yang indah, yang
memiliki irama (ritme) yang teratur. Perasaan kita akan lebih enak dan enteng.
Bahkan di luar negeri, pihak rumah sakit banyak memperdengarkan lagu-lagu indah
untuk membantu penyembuhan para pasiennya. Itu
suatu bukti, bahwa ritme sangat mempengaruhi jiwa manusia. Sedangkan harmony
sangat mempengaruhi roh. Jika kita menonton film horor, selalu terdengar
harmony (melodi) yang menyayat hati, yang membuat bulu kuduk kita berdiri.
Dalam ritual-ritual keagamaan juga banyak digunakan harmony yang membawa roh
manusia masuk ke dalam alam penyembahan. Di dalam meditasi, manusia mendengar
harmony dari suara-suara alam disekelilingnya. “Musik yang baik bagi kehidupan
manusia adalah musik yang seimbang antara beat, ritme, dan harmony”, ujar Ev.
Andreas Christanday.
Seorang ahli biofisika telah melakukan suatu percobaan tentang pengaruh musik
bagi kehidupan makhluk hidup. Dua tanaman dari jenis dan umur yang sama
diletakkan pada tempat yang berbeda. Yang satu diletakkan dekat dengan pengeras
suara (speaker) yang menyajikan lagu-lagu slow rock dan heavy rock, sedangkan
tanaman yang lain diletakkan dekat dengan speaker yang memperdengarkan
lagu-lagu yang indah dan berirama teratur. Dalam beberapa hari terjadi
perbedaan yang sangat mencolok. Tanaman yang berada di dekat speaker lagu-lagu
rock menjadi layu dan mati, sedangkan tanaman yang berada di dekat speaker
lagu-lagu indah tumbuh segar dan berbunga. Suatu bukti nyata bahwa musik sangat
mempengaruhi kehidupan makhluk hidup.
Alam semesta tercipta dengan musik alam yang sangat indah. Gemuruh ombak di
laut, deru angin di gunung, dan rintik hujan merupakan musik alam yang sangat
indah. Dan sudah terbukti, bagaimana pengaruh musik alam itu bagi kehidupan
manusia.
Wulaningrum Wibisono, S.Psi mengatakan, “Jikalau Anda merasakan hari ini begitu
berat, coba periksa lagi hidup Anda pada hari ini. Jangan-jangan Anda belum
mendengarkan musik dan bernyanyi”.
sumber : http://www.mail-archive.com/media-dakwah@yahoogroups.com/msg08782.html
Langganan:
Postingan (Atom)
Jumat, 06 Agustus 2010
In:
news
Pasar Lagu Anak Tetap Ada
Mengapa tak banyak lagu untuk anak di zaman sekarang? Alasan bahwa pasar untuk lagu anak tidak ada merupakan sebuah pendapat yang salah. Hal itu diungkapkan oleh psikolog Kasandra Putranto.Menurut Kasandra, Jumlah anak di Indonesia sangat besar dan anak-anak Itu membutuhkan lagu untuk mereka. Ini tentu merupakan peluang pasar yang belum tergarap. Contoh nyata sudah ditunjukkan dunia film.
Ketika film Indonesia masih lesu dan tidak ada satupun yang bersedia membuat film anak, hadir film Petualangan Sherina yang langsung menggebrak pasar. Karya sutradara Riri Reza yang membuat orangtua berduyun-duyun mengajak anak-anaknya mengantre di bioskop Itu memperlihatkan bahwa betapa masyarakat Indonesia sangat membutuhkan film anak yang berkualitas.
Keberhasilan Petualangan Sherina membuka pintu gerbang film Indonesia khususnya untuk anak-anak. Meski tidak banyak, tetapi anak Indonesia kini sudah bisa menikmati film yang dibuat untuk mereka, seperti Laskar Pelangi dan Garuda Di Dadaku.
"Semuanya tergantung bagaimana kita mengedukasi pasar dan menciptakan produk. Jangan katakan bahwa tidak adanya lagu anak seolah-olah karena pasar yang tidak ada. Semuanya tergantung dari kemauan saja." tandas Kasandra.
Hal senada diungkapkan oleh musisi senior Dian HP. Belum lama ini, Dian memproduseri lagu anak yang dibawakan oleh penyanyi cilik bernama Nima. Gadis kecil berusia 8 tahun Itu menelurkan single berjudul Bto Aku Punya Sahabat. Single Ini hadir untuk memuaskan dahaga orangtua yang Ingin anak-anaknya memiliki lagu khusus untuk mereka yang dinyanyikan pula oleh penyanyi cilik.
"Aku melihat ini sederhana saja. Selain berbakat di bidang seni, Nima Juga bisa menyanyi. Jadi aku buatkan album saja. Ini bisa sebagai koleksi tambahan bagi ibu-ibu yang Ingin mencarikan lagu untuk anaknya. Aku selalu dibuat pusing oleh ibu-ibu di sekolah musik yang terus mempertanyakan lagu anak," tutur Dian di sela-sela peluncuran lagu anak pekan lalu.
Meski lagu yang dibawakan Nima aransemen musiknya cukup berat dengan lirik yang panjang, namun kehadiran Nima diharapkan bisa memberi keyakinan bahwa label besar bisa membantu menghidupkan kembali lagu anak di Tanah Air.
Tetap bisnis Sementara menurut Ira Maya Sopha, menciptakan pasar baru untuk lagu anak Indonesia sangat memungkinkan. Bahkan bisa membuat lagu yang disesuaikan kondisi saat ini. atau istilahnya mengikuti zaman. Kemudian, untuk bisa mempopulerkan lagu tersebut bisa dilakukan melalui sebuah program acara di televisi yang dikemas semenarik mungkin.
"Kita harus lebih bijak melihat hal Ini. Jika kita serius untuk menciptakan lagu anak melalui program yang bagus maka kita harus duduk bersama membuat program di televisi yang bagus dengan kemasan yang menarik pula," papar Ira.
Namun, Ira mengingatkan bahwa semuanya berakhir dengan uang, karena Ini tetap menyangkut bisnis. Jika serius, harus dipikirkan dengan matang mulai dari pembuatnya hingga promosl di stasiun televisi. Tetap bisa idealis dengan business oriented," tandasnya.
Ira Juga mengingatkan bahwa lagu untuk anak-anak yang hendak dibuat tetap harus melihat pola pikir, tingkah laku dan sensifitas anak. Intelegensia anak pun memberi pengaruh karena perkembangannya sudah jauh berbeda dibandingkan beberapa puluh tahun yang lalu ketika lagu Cicak Cicak di Dinding diciptakan oleh AT Mahmud, (wik)
Ketika film Indonesia masih lesu dan tidak ada satupun yang bersedia membuat film anak, hadir film Petualangan Sherina yang langsung menggebrak pasar. Karya sutradara Riri Reza yang membuat orangtua berduyun-duyun mengajak anak-anaknya mengantre di bioskop Itu memperlihatkan bahwa betapa masyarakat Indonesia sangat membutuhkan film anak yang berkualitas.
Keberhasilan Petualangan Sherina membuka pintu gerbang film Indonesia khususnya untuk anak-anak. Meski tidak banyak, tetapi anak Indonesia kini sudah bisa menikmati film yang dibuat untuk mereka, seperti Laskar Pelangi dan Garuda Di Dadaku.
"Semuanya tergantung bagaimana kita mengedukasi pasar dan menciptakan produk. Jangan katakan bahwa tidak adanya lagu anak seolah-olah karena pasar yang tidak ada. Semuanya tergantung dari kemauan saja." tandas Kasandra.
Hal senada diungkapkan oleh musisi senior Dian HP. Belum lama ini, Dian memproduseri lagu anak yang dibawakan oleh penyanyi cilik bernama Nima. Gadis kecil berusia 8 tahun Itu menelurkan single berjudul Bto Aku Punya Sahabat. Single Ini hadir untuk memuaskan dahaga orangtua yang Ingin anak-anaknya memiliki lagu khusus untuk mereka yang dinyanyikan pula oleh penyanyi cilik.
"Aku melihat ini sederhana saja. Selain berbakat di bidang seni, Nima Juga bisa menyanyi. Jadi aku buatkan album saja. Ini bisa sebagai koleksi tambahan bagi ibu-ibu yang Ingin mencarikan lagu untuk anaknya. Aku selalu dibuat pusing oleh ibu-ibu di sekolah musik yang terus mempertanyakan lagu anak," tutur Dian di sela-sela peluncuran lagu anak pekan lalu.
Meski lagu yang dibawakan Nima aransemen musiknya cukup berat dengan lirik yang panjang, namun kehadiran Nima diharapkan bisa memberi keyakinan bahwa label besar bisa membantu menghidupkan kembali lagu anak di Tanah Air.
Tetap bisnis Sementara menurut Ira Maya Sopha, menciptakan pasar baru untuk lagu anak Indonesia sangat memungkinkan. Bahkan bisa membuat lagu yang disesuaikan kondisi saat ini. atau istilahnya mengikuti zaman. Kemudian, untuk bisa mempopulerkan lagu tersebut bisa dilakukan melalui sebuah program acara di televisi yang dikemas semenarik mungkin.
"Kita harus lebih bijak melihat hal Ini. Jika kita serius untuk menciptakan lagu anak melalui program yang bagus maka kita harus duduk bersama membuat program di televisi yang bagus dengan kemasan yang menarik pula," papar Ira.
Namun, Ira mengingatkan bahwa semuanya berakhir dengan uang, karena Ini tetap menyangkut bisnis. Jika serius, harus dipikirkan dengan matang mulai dari pembuatnya hingga promosl di stasiun televisi. Tetap bisa idealis dengan business oriented," tandasnya.
Ira Juga mengingatkan bahwa lagu untuk anak-anak yang hendak dibuat tetap harus melihat pola pikir, tingkah laku dan sensifitas anak. Intelegensia anak pun memberi pengaruh karena perkembangannya sudah jauh berbeda dibandingkan beberapa puluh tahun yang lalu ketika lagu Cicak Cicak di Dinding diciptakan oleh AT Mahmud, (wik)
Anak Cerdas Berkat Musik
Dibandingkan dengan kemampuan rata-rata anak seusianya, anak dari Ny. Ir. Catharina (30) jauh lebih baik. Ketika berusia dua bulan, anaknya sudah bisa tertawa terbahak-bahak. Di usia 3,5 bulan, sudah bisa melepas kacamata kakeknya. Bahkan, ketika umurnya menginjak empat bulan, sudah bisa bersalaman.
Semua itu bukan tanpa sebab. Ketika hamil, Ny. Catharina ingat cerita orang tuanya bahwa musik klasik karya Wolfgang Amadeus Mozart bisa membuat perkembangan otak belahan kanan janin dalam kandungan menjadi lebih baik sehingga meningkatkan kemampuan afektif si anak.
Dari situlah ia lalu berusaha untuk selalu mendengarkan musik klasik. Dalam perjalanan ke kantornya, musik yang buat banyak orang terasa berat itu terus mengalun dari kaset di dalam mobilnya. Baginya mendengarkan musik klasik bukanlah kegiatan aneh apalagi membosankan karena kebetulan ia pencinta musik klasik. Ia justru terhibur di tengah-tengah kemacetan lalu lintas ibukota.
Kedua belahan otak harus imbang
Mendengarkan musik klasik sebenarnya merupakan bagian dari beberapa stimulasi yang biasanya diberikan oleh ibu hamil kepada janin di dalam kandungannya. Demikian kata Prof. Dr. Utami Munandar dalam seminar “Pengaruh Mendengarkan Musik Klasik terhadap Janin dan Kehamilan“, di Jakarta, November 1998 silam.
Menurut guru besar Fakultas Psikologi Universitas Indonesia itu, stimulasi tersebut meliputi stimulasi fisik-motorik dengan “mengelus-elus” jabang bayi melalui kulit perut sang ibu, stimulasi kognitif dengan berbicara dan bercerita kepada janin, dan stimulasi afektif dengan menyentuh perasaan bayi. Makin sering dan teratur perangsangan diberikan, makin efektif pengaruhnya.
Pada janin, musik akan merangsang perkembangan sel-sel otak. Perangsangan ini sangat penting karena masa tumbuh kembang otak yang paling pesat terjadi sejak awal kehamilan hingga bayi berusia tiga tahun. Namun, menurut dr. Jimmy Passat, ahli saraf dari FKUI-RSCM, dan Isye Widodo, S.Psi, koordinator Parent Education Program RSAB Harapan Kita, Jakarta, intervensi ini haruslah seimbang. Orang tua sebaiknya tidak hanya menstimulasi kemampuan otak kiri, tetapi juga otak kanannya.
Oleh para pakar, organ pengontrol pikiran, ucapan, dan emosi ini memang dibedakan atas dua belahan, kiri dan kanan, dengan fungsi berbeda. Otak kanan berkaitan dengan perkembangan artistik dan kreatif, perasaan, gaya bahasa, irama musik, imajinasi, lamunan, warna, pengenalan diri dan orang lain, sosialisasi, serta pengembangan kepribadian. Sementara otak kiri merupakan tempat untuk melakukan fungsi akademik seperti baca-tulis-hitung, daya ingat (nama, waktu, dan peristiwa), logika, dan analisis.
Oleh karena itu, bila stimulasi dilakukan secara seimbang, diharapkan anak yang dilahirkan kelak tidak cuma memiliki kemampuan akademik yang baik tetapi juga kreatif. Kalau dia pintar matematika, dia juga mampu berbahasa, menulis, dan mengarang dengan baik.
Sementara itu bagi ibu hamil, musik – terutama yang klasik – bisa membebaskannya dari stres akibat kehamilan. Ini sangat baik sebab, menurut dr. Suharwan Hadisudarmo Sp.OG. MMR, stres yang tidak dikelola dengan baik, akan berdampak buruk bagi ibu yang bersangkutan dan perkembangan janin di rahimnya. Stres pada wanita hamil akan meningkatkan kadar renin angiotensin, yang memang sudah meningkat pada wanita hamil sehingga akan mengurangi sirkulasi rahim-plasenta-janin. Penurunan sirkulasi ini menyebabkan pasokan nutrisi dan oksigen kepada janin berkurang. Perkembangan janin pun terhambat. Hambatan macam ini bisa dihilangkan atau dikurangi bila si ibu mendengarkan musik klasik, terutama karya Mozart.
Memang, tidak setiap ibu hamil menyukai musik klasik. Namun, kalau didengarkan secara berulang-ulang hingga hafal, akan terasa letak indahnya musik klasik ini. Keindahan dan ketenangan inilah yang membuat musik klasik itu istimewa.
Cukup 30 menit sehari
Mungkin semua jenis musik, dari yang tradisional hingga modern, bisa pula dimanfaatkan untuk hal yang sama. Namun, hingga saat ini yang sudah diteliti dan menunjukkan hasil positif baru musik klasik, terutama karya Mozart. Jenis musik ini terbukti efektif dalam menstimulasi perkembangan otak belahan kanan dari janin. Menurut Suzuki (1987), seperti dikutip Utami, bila anak dibesarkan dalam suasana musik Mozart sejak dini, jiwa Mozart yang penuh kasih sayang akan tumbuh juga dalam dirinya.
Mendengar alunan musik yang tenang, jantung si janin berdenyut dengan tenang pula. Bahkan, setelah dilahirkan mendengarkan musik klasik juga memberi pengaruh baik bagi si bayi. Sekadar contoh, seperti diberikan Utami, seorang bayi berusia tiga bulan, yang sejak lahir sering diputarkan musik klasik, mampu menggerakkan badannya sesuai dengan iramanya. Jika irama makin cepat menuju klimaks, gerakan bayi lebih cepat dan aktif, dan ketika musik berhenti dia menunjukkan ketidaksenangan.
Sementara untuk merangsang belahan otak kiri yang bertanggung jawab terhadap kemampuan akademik, tambah Isye, musik dengan syair yang mendidik terbukti memberi pengaruh baik. “Saya menggunakan lagu-lagu anak-anak Indonesia. Itu merupakan eksperimen saya sendiri. Nah, intervensi yang saya gunakan selama ini ternyata ada gunanya. Bayi yang dilahirkan, ketika berusia dua tahun ternyata memiliki kemampuan komunikasi pasif dan aktif seperti anak usia empat tahun. Contoh lainnya, bayi berusia tiga bulan umumnya belum ada tanda-tanda mengeluarkan kata-kata ‘a-e-o’. Tapi bayi yang, ketika masih dalam kandungan, mendapat terapi musik sudah bisa mengeluarkan kata-kata itu, kemampuan berbahasanya lebih cepat,” ungkapnya.
Isye juga menyatakan, lagu anak-anak yang dipilih untuk terapi cukup dua tiga lagu. Musik bersyair itu misalnya lagu anak-anak ciptaan Ibu Sud atau Ibu Kasur. Menurut dia, Pelangi-Pelangi merupakan lagu paling disukai. “Pada akhir lagu itu ‘kan ada syair ‘… ciptaan Tuhan’. Jadi sejak janin, calon anak ini sudah mengenal kata Tuhan,” jelasnya.
Stimulasi perkembangan otak janin ini bisa dilakukan sejak usia kehamilan 18 – 20 minggu. Menurut Harold I. Kaplan, Benjamin J. Sadock, dan Jack A. Grebb, pada usia itu janin sudah dapat mendengar. Dia juga sudah bisa bereaksi terhadap suara dengan memberi respons berupa kontraksi otot, pergerakan, dan perubahan denyut jantung. Bahkan, pada usia itu perkembangan mental emosional janin sudah dapat dipengaruhi musik.
Mendengarkannya bisa dilakukan di mana saja. Namun, untuk tujuan terapi sebaiknya dilakukan di tempat khusus untuk terapi dan dipandu oleh pakarnya. “Di tempat terapi ini akan tercipta suasana kebersamaan. Dengan kebersamaan itu, mereka bisa bertukar pengalaman dan sebagainya, sehingga saat menghadapi persalinan persiapan mental mereka sudah bagus dan rasa percaya dirinya juga bagus,” jelas Isye. Di samping itu ibu hamil dianjurkan pula mendengarkan musik di rumah secara teratur.
Dalam melakukan terapi musik, ibu hamil mesti melalui tahapan relaksasi fisik dan mental sebelum memasuki tahapan stimulasi terhadap janin. “Untuk mencapai rileks fisik saya memberikan relaksasi progresif di mana ibu-ibu mengendurkan dan mengencangkan otot-ototnya, mengatur pernapasan dan sebagainya. Setelah secara fisik rileks, baru memasuki relaksasi mental. Dalam relaksasi mental, saya mengucapkan kata-kata yang bersifat sugesti dan menguatkan. Jadi secara fisik mereka rileks, dan saya membawa mereka ke dalam suasana di mana mereka bisa melupakan semua konflik yang mereka rasakan sebelumnya. Mereka hanya berkonsentrasi untuk terapi. Pada saat diberi instruksi-instruksi untuk relaksasi, diperdengarkan alunan musik yang bisa membangkitkan perasaan rileks. Setelah itu, baru memasuki stimulasi untuk janin,” jelas psikolog yang memperdalam terapi musik di Jerman ini.
Waktu yang diperlukan untuk terapi sekitar 30 menit, untuk relaksasi (10 – 15 menit), dan stimulasi (15 – 20 menit). Di rumah, lamanya mendengarkan musik yang dianjurkan untuk ibu hamil sekitar 30 menit setiap hari. Sebaiknya, saat mendengarkan jarak loudspeaker sekitar 50 cm dari perut. Si ibu bisa melakukannya dalam keadaan istirahat atau aktif seperti membaca atau melakukan senam hamil.
Untuk memperoleh manfaat dari mendengarkan musik, ibu hamil dianjurkan mendengarkan dengan penuh perhatian dan kesadaran. Musik mesti mendapat kesempatan untuk merasuk ke dalam pikiran. Dengan demikian, suara, harmoni, dan irama musik dapat mendorong seseorang untuk bergairah, kreatif, dan menyenangkan.
Bagi yang belum terbiasa mendengarkan musik klasik, sebaiknya dimulai dengan belajar menikmati musik klasik ringan macam gubahan Johann Strauss. Setelah terbiasa bisa dicoba dengan yang lebih berat dan sudah terkenal seperti gubahan W.A. Mozart, Fredric Chopin, dan Ludwig van Beethoven. Berikutnya dicoba musik dengan komposisi lengkap, seperti konser atau simfoni.
Memutar janin sungsang
Uniknya, stimulasi musik klasik juga bisa digunakan untuk memutar posisi janin sungsang menjadi normal. Menurut dr. Ronald David, SpOG, ahli kebidanan dan penyakit kandungan Fakultas Kedokteran Unika Atmajaya, Jakarta, beberapa jenis musik baroque ciptaan Antonio Vivaldi dan Johann Sebastian Bach, kini digunakan di Kanada dalam upaya memutar letak janin yang sungsang sejak usia 32 – 35 minggu.
Semula upaya memutar letak janin ini dilakukan cuma melalui senam (postural exercise) dengan posisi the breech tilt (berbaring dengan pantat disokong tiga bantal hingga tingginya sekitar 30 cm dari lantai dan lutut ditekuk) yang diperkenalkan pertama kali oleh Marianne B.W. pada 1983. Atau, dengan cara visualisasi (mengubah posisi janin dengan kemampuan mental). Pada tahun 1987 Penny Simkin P.T. menyempurnakan cara senam dengan memadukan senam dan musik.
Dalam memadukan senam dan musik klasik, posisi senam the breech tilt atau knee chest (menungging dengan dada menempel pada lantai) sebenarnya sama saja. “Namun, posisi the breech tilt menimbulkan lebih banyak keluhan pada ibu hamil. Karena itu, kami menganjurkan untuk memilih posisi knee chest,” jelas dr. Ronald.
Dengan posisi itu ditambah dengan gaya gravitasi, kepala janin akan jatuh ke arah fundus uteri. Gaya gravitasi yang terus-menerus menyebabkan kepala janin lebih fleksibel sehingga dagu janin menyentuh dadanya. Berat badan serta penekanan oleh usaha janin sendiri untuk mencari suara musik klasik agar lebih jelas menyebabkan terjadinya perputaran letak lintang dan kemudian menjadi letak kepala.
Untuk tujuan ini, ibu hamil perlu pemeriksaan medis dan pemeriksaan USG terlebih dahulu guna mengetahui letak plasenta. Dari hasilnya bisa diketahui bisa-tidaknya si ibu melakukan senam yang dikombinasi dengan terapi musik untuk mengubah posisi janin. Kalau OK, latihan bisa dimulai. Latihan ini dimulai pada usia kehamilan 32 – 36 minggu. Tempat sebaiknya dipilih yang tenang dan bebas bising. Frekuensinya tiga kali sehari, masing-masing 10 – 15 menit. Latihan sebaiknya dilakukan saat janin aktif dan perut ibu dalam keadaan kosong.
Saat latihan sepasang earphone ditempelkan di bagian perut bawah, tempat kepala janin diharapkan akan berada, dengan bantuan plester atau perekat lainnya. Beberapa penelitian menunjukkan, musik klasik baroque (Vivaldi, Bach, Mozart) lebih baik ketimbang jenis romantic (Chopin, Debussy, Beethoven). Musik rock malah mengganggu putaran janin. Pikiran hendaknya membayangkan janin berputar ke arah yang diharapkan. Bila kepala terasa panas, pusing, mual, latihan dihentikan dan diulang keesokan harinya. Setelah dua minggu latihan, perlu pemeriksaan dokter untuk mengetahui keberhasilannya. Bila belum berhasil, perlu dilanjutkan lagi selama dua minggu dengan lama latihan sekitar 30 menit.
“Kunci keberhasilan senam yang dikombinasikan musik klasik untuk memutar letak bayi ini tergantung motivasi ibu melakukannya,” jelas dr. David. Sedangkan faktor-faktor yang menyebabkan kegagalan perputaran di antaranya letak sungsang Frank Breech, lilitan tali pusat, plasenta inersi di comu uteri yang berhadapan dengan muka janin, dan kelainan bentuk uteris (bicomis, subseptus).
Saat ini penggunaan musik klasik untuk stimulasi atau terapi bagi janin dan ibu hamil memang bukan hal baru di negara maju macam Prancis dan Jepang. Sebaliknya, di Indonesia baru dicoba sejak beberapa tahun terakhir. Pada tahun 1994 RSAB Harapan Kita, Jakarta, merintis penerapan cara-cara stimulasi atau terapi ini. Setelah itu, beberapa rumah sakit ikut mempraktikkan. Di antaranya RS Atmajaya, RS Pantai Indah Kapuk, dan RS Pluit. Bahkan, terapi musik sudah masuk ke Puskesmas meski baru Puskesmas Tambora, Jakarta Barat yang mempraktikkannya.
Namun, jauh dari pusat-pusat pelayanan kesehatan juga bukan berarti ibu-ibu hamil tidak bisa melakukannya. Mereka bisa mencobanya di rumah sendiri, syukur-syukur bila sempat berkonsultasi denga terapis musik terlebih dahulu.
Sumber : I Gede Agung Yudana, dr. & Hardywinoto SKM (intisari – Mei 1999)
Sumber: Anak Cerdas dan Kreatif Berkat Alunan Musik | Kehamilan http://keluargacemara.com/pendidikan/pendidikan-anak/anak-cerdas-dan-kreatif-berkat-alunan-musik.html#ixzz0vzWjBvdc
Under Creative Commons License: Attribution Non-Commercial
Semua itu bukan tanpa sebab. Ketika hamil, Ny. Catharina ingat cerita orang tuanya bahwa musik klasik karya Wolfgang Amadeus Mozart bisa membuat perkembangan otak belahan kanan janin dalam kandungan menjadi lebih baik sehingga meningkatkan kemampuan afektif si anak.
Dari situlah ia lalu berusaha untuk selalu mendengarkan musik klasik. Dalam perjalanan ke kantornya, musik yang buat banyak orang terasa berat itu terus mengalun dari kaset di dalam mobilnya. Baginya mendengarkan musik klasik bukanlah kegiatan aneh apalagi membosankan karena kebetulan ia pencinta musik klasik. Ia justru terhibur di tengah-tengah kemacetan lalu lintas ibukota.
Kedua belahan otak harus imbang
Mendengarkan musik klasik sebenarnya merupakan bagian dari beberapa stimulasi yang biasanya diberikan oleh ibu hamil kepada janin di dalam kandungannya. Demikian kata Prof. Dr. Utami Munandar dalam seminar “Pengaruh Mendengarkan Musik Klasik terhadap Janin dan Kehamilan“, di Jakarta, November 1998 silam.
Menurut guru besar Fakultas Psikologi Universitas Indonesia itu, stimulasi tersebut meliputi stimulasi fisik-motorik dengan “mengelus-elus” jabang bayi melalui kulit perut sang ibu, stimulasi kognitif dengan berbicara dan bercerita kepada janin, dan stimulasi afektif dengan menyentuh perasaan bayi. Makin sering dan teratur perangsangan diberikan, makin efektif pengaruhnya.
Pada janin, musik akan merangsang perkembangan sel-sel otak. Perangsangan ini sangat penting karena masa tumbuh kembang otak yang paling pesat terjadi sejak awal kehamilan hingga bayi berusia tiga tahun. Namun, menurut dr. Jimmy Passat, ahli saraf dari FKUI-RSCM, dan Isye Widodo, S.Psi, koordinator Parent Education Program RSAB Harapan Kita, Jakarta, intervensi ini haruslah seimbang. Orang tua sebaiknya tidak hanya menstimulasi kemampuan otak kiri, tetapi juga otak kanannya.
Oleh para pakar, organ pengontrol pikiran, ucapan, dan emosi ini memang dibedakan atas dua belahan, kiri dan kanan, dengan fungsi berbeda. Otak kanan berkaitan dengan perkembangan artistik dan kreatif, perasaan, gaya bahasa, irama musik, imajinasi, lamunan, warna, pengenalan diri dan orang lain, sosialisasi, serta pengembangan kepribadian. Sementara otak kiri merupakan tempat untuk melakukan fungsi akademik seperti baca-tulis-hitung, daya ingat (nama, waktu, dan peristiwa), logika, dan analisis.
Oleh karena itu, bila stimulasi dilakukan secara seimbang, diharapkan anak yang dilahirkan kelak tidak cuma memiliki kemampuan akademik yang baik tetapi juga kreatif. Kalau dia pintar matematika, dia juga mampu berbahasa, menulis, dan mengarang dengan baik.
Sementara itu bagi ibu hamil, musik – terutama yang klasik – bisa membebaskannya dari stres akibat kehamilan. Ini sangat baik sebab, menurut dr. Suharwan Hadisudarmo Sp.OG. MMR, stres yang tidak dikelola dengan baik, akan berdampak buruk bagi ibu yang bersangkutan dan perkembangan janin di rahimnya. Stres pada wanita hamil akan meningkatkan kadar renin angiotensin, yang memang sudah meningkat pada wanita hamil sehingga akan mengurangi sirkulasi rahim-plasenta-janin. Penurunan sirkulasi ini menyebabkan pasokan nutrisi dan oksigen kepada janin berkurang. Perkembangan janin pun terhambat. Hambatan macam ini bisa dihilangkan atau dikurangi bila si ibu mendengarkan musik klasik, terutama karya Mozart.
Memang, tidak setiap ibu hamil menyukai musik klasik. Namun, kalau didengarkan secara berulang-ulang hingga hafal, akan terasa letak indahnya musik klasik ini. Keindahan dan ketenangan inilah yang membuat musik klasik itu istimewa.
Cukup 30 menit sehari
Mungkin semua jenis musik, dari yang tradisional hingga modern, bisa pula dimanfaatkan untuk hal yang sama. Namun, hingga saat ini yang sudah diteliti dan menunjukkan hasil positif baru musik klasik, terutama karya Mozart. Jenis musik ini terbukti efektif dalam menstimulasi perkembangan otak belahan kanan dari janin. Menurut Suzuki (1987), seperti dikutip Utami, bila anak dibesarkan dalam suasana musik Mozart sejak dini, jiwa Mozart yang penuh kasih sayang akan tumbuh juga dalam dirinya.
Mendengar alunan musik yang tenang, jantung si janin berdenyut dengan tenang pula. Bahkan, setelah dilahirkan mendengarkan musik klasik juga memberi pengaruh baik bagi si bayi. Sekadar contoh, seperti diberikan Utami, seorang bayi berusia tiga bulan, yang sejak lahir sering diputarkan musik klasik, mampu menggerakkan badannya sesuai dengan iramanya. Jika irama makin cepat menuju klimaks, gerakan bayi lebih cepat dan aktif, dan ketika musik berhenti dia menunjukkan ketidaksenangan.
Sementara untuk merangsang belahan otak kiri yang bertanggung jawab terhadap kemampuan akademik, tambah Isye, musik dengan syair yang mendidik terbukti memberi pengaruh baik. “Saya menggunakan lagu-lagu anak-anak Indonesia. Itu merupakan eksperimen saya sendiri. Nah, intervensi yang saya gunakan selama ini ternyata ada gunanya. Bayi yang dilahirkan, ketika berusia dua tahun ternyata memiliki kemampuan komunikasi pasif dan aktif seperti anak usia empat tahun. Contoh lainnya, bayi berusia tiga bulan umumnya belum ada tanda-tanda mengeluarkan kata-kata ‘a-e-o’. Tapi bayi yang, ketika masih dalam kandungan, mendapat terapi musik sudah bisa mengeluarkan kata-kata itu, kemampuan berbahasanya lebih cepat,” ungkapnya.
Isye juga menyatakan, lagu anak-anak yang dipilih untuk terapi cukup dua tiga lagu. Musik bersyair itu misalnya lagu anak-anak ciptaan Ibu Sud atau Ibu Kasur. Menurut dia, Pelangi-Pelangi merupakan lagu paling disukai. “Pada akhir lagu itu ‘kan ada syair ‘… ciptaan Tuhan’. Jadi sejak janin, calon anak ini sudah mengenal kata Tuhan,” jelasnya.
Stimulasi perkembangan otak janin ini bisa dilakukan sejak usia kehamilan 18 – 20 minggu. Menurut Harold I. Kaplan, Benjamin J. Sadock, dan Jack A. Grebb, pada usia itu janin sudah dapat mendengar. Dia juga sudah bisa bereaksi terhadap suara dengan memberi respons berupa kontraksi otot, pergerakan, dan perubahan denyut jantung. Bahkan, pada usia itu perkembangan mental emosional janin sudah dapat dipengaruhi musik.
Mendengarkannya bisa dilakukan di mana saja. Namun, untuk tujuan terapi sebaiknya dilakukan di tempat khusus untuk terapi dan dipandu oleh pakarnya. “Di tempat terapi ini akan tercipta suasana kebersamaan. Dengan kebersamaan itu, mereka bisa bertukar pengalaman dan sebagainya, sehingga saat menghadapi persalinan persiapan mental mereka sudah bagus dan rasa percaya dirinya juga bagus,” jelas Isye. Di samping itu ibu hamil dianjurkan pula mendengarkan musik di rumah secara teratur.
Dalam melakukan terapi musik, ibu hamil mesti melalui tahapan relaksasi fisik dan mental sebelum memasuki tahapan stimulasi terhadap janin. “Untuk mencapai rileks fisik saya memberikan relaksasi progresif di mana ibu-ibu mengendurkan dan mengencangkan otot-ototnya, mengatur pernapasan dan sebagainya. Setelah secara fisik rileks, baru memasuki relaksasi mental. Dalam relaksasi mental, saya mengucapkan kata-kata yang bersifat sugesti dan menguatkan. Jadi secara fisik mereka rileks, dan saya membawa mereka ke dalam suasana di mana mereka bisa melupakan semua konflik yang mereka rasakan sebelumnya. Mereka hanya berkonsentrasi untuk terapi. Pada saat diberi instruksi-instruksi untuk relaksasi, diperdengarkan alunan musik yang bisa membangkitkan perasaan rileks. Setelah itu, baru memasuki stimulasi untuk janin,” jelas psikolog yang memperdalam terapi musik di Jerman ini.
Waktu yang diperlukan untuk terapi sekitar 30 menit, untuk relaksasi (10 – 15 menit), dan stimulasi (15 – 20 menit). Di rumah, lamanya mendengarkan musik yang dianjurkan untuk ibu hamil sekitar 30 menit setiap hari. Sebaiknya, saat mendengarkan jarak loudspeaker sekitar 50 cm dari perut. Si ibu bisa melakukannya dalam keadaan istirahat atau aktif seperti membaca atau melakukan senam hamil.
Untuk memperoleh manfaat dari mendengarkan musik, ibu hamil dianjurkan mendengarkan dengan penuh perhatian dan kesadaran. Musik mesti mendapat kesempatan untuk merasuk ke dalam pikiran. Dengan demikian, suara, harmoni, dan irama musik dapat mendorong seseorang untuk bergairah, kreatif, dan menyenangkan.
Bagi yang belum terbiasa mendengarkan musik klasik, sebaiknya dimulai dengan belajar menikmati musik klasik ringan macam gubahan Johann Strauss. Setelah terbiasa bisa dicoba dengan yang lebih berat dan sudah terkenal seperti gubahan W.A. Mozart, Fredric Chopin, dan Ludwig van Beethoven. Berikutnya dicoba musik dengan komposisi lengkap, seperti konser atau simfoni.
Memutar janin sungsang
Uniknya, stimulasi musik klasik juga bisa digunakan untuk memutar posisi janin sungsang menjadi normal. Menurut dr. Ronald David, SpOG, ahli kebidanan dan penyakit kandungan Fakultas Kedokteran Unika Atmajaya, Jakarta, beberapa jenis musik baroque ciptaan Antonio Vivaldi dan Johann Sebastian Bach, kini digunakan di Kanada dalam upaya memutar letak janin yang sungsang sejak usia 32 – 35 minggu.
Semula upaya memutar letak janin ini dilakukan cuma melalui senam (postural exercise) dengan posisi the breech tilt (berbaring dengan pantat disokong tiga bantal hingga tingginya sekitar 30 cm dari lantai dan lutut ditekuk) yang diperkenalkan pertama kali oleh Marianne B.W. pada 1983. Atau, dengan cara visualisasi (mengubah posisi janin dengan kemampuan mental). Pada tahun 1987 Penny Simkin P.T. menyempurnakan cara senam dengan memadukan senam dan musik.
Dalam memadukan senam dan musik klasik, posisi senam the breech tilt atau knee chest (menungging dengan dada menempel pada lantai) sebenarnya sama saja. “Namun, posisi the breech tilt menimbulkan lebih banyak keluhan pada ibu hamil. Karena itu, kami menganjurkan untuk memilih posisi knee chest,” jelas dr. Ronald.
Dengan posisi itu ditambah dengan gaya gravitasi, kepala janin akan jatuh ke arah fundus uteri. Gaya gravitasi yang terus-menerus menyebabkan kepala janin lebih fleksibel sehingga dagu janin menyentuh dadanya. Berat badan serta penekanan oleh usaha janin sendiri untuk mencari suara musik klasik agar lebih jelas menyebabkan terjadinya perputaran letak lintang dan kemudian menjadi letak kepala.
Untuk tujuan ini, ibu hamil perlu pemeriksaan medis dan pemeriksaan USG terlebih dahulu guna mengetahui letak plasenta. Dari hasilnya bisa diketahui bisa-tidaknya si ibu melakukan senam yang dikombinasi dengan terapi musik untuk mengubah posisi janin. Kalau OK, latihan bisa dimulai. Latihan ini dimulai pada usia kehamilan 32 – 36 minggu. Tempat sebaiknya dipilih yang tenang dan bebas bising. Frekuensinya tiga kali sehari, masing-masing 10 – 15 menit. Latihan sebaiknya dilakukan saat janin aktif dan perut ibu dalam keadaan kosong.
Saat latihan sepasang earphone ditempelkan di bagian perut bawah, tempat kepala janin diharapkan akan berada, dengan bantuan plester atau perekat lainnya. Beberapa penelitian menunjukkan, musik klasik baroque (Vivaldi, Bach, Mozart) lebih baik ketimbang jenis romantic (Chopin, Debussy, Beethoven). Musik rock malah mengganggu putaran janin. Pikiran hendaknya membayangkan janin berputar ke arah yang diharapkan. Bila kepala terasa panas, pusing, mual, latihan dihentikan dan diulang keesokan harinya. Setelah dua minggu latihan, perlu pemeriksaan dokter untuk mengetahui keberhasilannya. Bila belum berhasil, perlu dilanjutkan lagi selama dua minggu dengan lama latihan sekitar 30 menit.
“Kunci keberhasilan senam yang dikombinasikan musik klasik untuk memutar letak bayi ini tergantung motivasi ibu melakukannya,” jelas dr. David. Sedangkan faktor-faktor yang menyebabkan kegagalan perputaran di antaranya letak sungsang Frank Breech, lilitan tali pusat, plasenta inersi di comu uteri yang berhadapan dengan muka janin, dan kelainan bentuk uteris (bicomis, subseptus).
Saat ini penggunaan musik klasik untuk stimulasi atau terapi bagi janin dan ibu hamil memang bukan hal baru di negara maju macam Prancis dan Jepang. Sebaliknya, di Indonesia baru dicoba sejak beberapa tahun terakhir. Pada tahun 1994 RSAB Harapan Kita, Jakarta, merintis penerapan cara-cara stimulasi atau terapi ini. Setelah itu, beberapa rumah sakit ikut mempraktikkan. Di antaranya RS Atmajaya, RS Pantai Indah Kapuk, dan RS Pluit. Bahkan, terapi musik sudah masuk ke Puskesmas meski baru Puskesmas Tambora, Jakarta Barat yang mempraktikkannya.
Namun, jauh dari pusat-pusat pelayanan kesehatan juga bukan berarti ibu-ibu hamil tidak bisa melakukannya. Mereka bisa mencobanya di rumah sendiri, syukur-syukur bila sempat berkonsultasi denga terapis musik terlebih dahulu.
Sumber : I Gede Agung Yudana, dr. & Hardywinoto SKM (intisari – Mei 1999)
Sumber: Anak Cerdas dan Kreatif Berkat Alunan Musik | Kehamilan http://keluargacemara.com/pendidikan/pendidikan-anak/anak-cerdas-dan-kreatif-berkat-alunan-musik.html#ixzz0vzWjBvdc
Under Creative Commons License: Attribution Non-Commercial
Pengaruh Musik pada Anak
Penelitian membuktikan bahwa musik, terutama musik klasik sangat mempengaruhi
perkembangan IQ (Intelegent Quotien) dan EQ (Emotional Quotien). Seorang anak
yang sejak kecil terbiasa mendengarkan musik akan lebih berkembang kecerdasan
emosional dan intelegensinya dibandingkan dengan anak yang jarang mendengarkan
musik. Yang dimaksud musik di sini adalah musik yang memiliki irama teratur dan
nada-nada yang teratur, bukan nada-nada “miring”. Tingkat kedisiplinan anak
yang sering mendengarkan musik juga lebih baik dibanding dengan anak yang
jarang mendengarkan musik.
Grace Sudargo, seorang musisi dan pendidik mengatakan, “Dasar-dasar musik
klasik secara umum berasal dari ritme denyut nadi manusia sehingga ia berperan
besar dalam perkembangan otak, pembentukan jiwa, karakter, bahkan raga manusia”.
Penelitian menunjukkan, musik klasik yang mengandung komposisi nada
berfluktuasi antara nada tinggi dan nada rendah akan merangsang kuadran C pada
otak. Sampai usia 4 tahun, kuadran B dan C pada otak anak-anak akan berkembang
hingga 80 % dengan musik.
“Musik sangat mempengaruhi kehidupan manusia. Musik memiliki 3 bagian penting
yaitu beat, ritme, dan harmony”, demikian kata Ev. Andreas Christanday dalam
suatu ceramah musik. “Beat mempengaruhi tubuh, ritme mempengaruhi jiwa,
sedangkan harmony mempengaruhi roh”. Contoh paling nyata bahwa beat sangat
mempengaruhi tubuh adalah dalam konser musik rock. Bisa dipastikan tidak ada
penonton maupun pemain dalam konser musik rock yang tubuhnya tidak bergerak.
Semuanya bergoyang dengan dahsyat, bahkan cenderung lepas kontrol. Kita masih
ingat dengan “head banger”, suatu gerakan memutar-mutar kepala mengikuti irama
music rock yang kencang. Dan tubuh itu mengikutinya seakan tanpa rasa lelah.
Jika hati kita sedang susah, cobalah mendengarkan musik yang indah, yang
memiliki irama (ritme) yang teratur. Perasaan kita akan lebih enak dan enteng.
Bahkan di luar negeri, pihak rumah sakit banyak memperdengarkan lagu-lagu indah
untuk membantu penyembuhan para pasiennya. Itu
suatu bukti, bahwa ritme sangat mempengaruhi jiwa manusia. Sedangkan harmony
sangat mempengaruhi roh. Jika kita menonton film horor, selalu terdengar
harmony (melodi) yang menyayat hati, yang membuat bulu kuduk kita berdiri.
Dalam ritual-ritual keagamaan juga banyak digunakan harmony yang membawa roh
manusia masuk ke dalam alam penyembahan. Di dalam meditasi, manusia mendengar
harmony dari suara-suara alam disekelilingnya. “Musik yang baik bagi kehidupan
manusia adalah musik yang seimbang antara beat, ritme, dan harmony”, ujar Ev.
Andreas Christanday.
Seorang ahli biofisika telah melakukan suatu percobaan tentang pengaruh musik
bagi kehidupan makhluk hidup. Dua tanaman dari jenis dan umur yang sama
diletakkan pada tempat yang berbeda. Yang satu diletakkan dekat dengan pengeras
suara (speaker) yang menyajikan lagu-lagu slow rock dan heavy rock, sedangkan
tanaman yang lain diletakkan dekat dengan speaker yang memperdengarkan
lagu-lagu yang indah dan berirama teratur. Dalam beberapa hari terjadi
perbedaan yang sangat mencolok. Tanaman yang berada di dekat speaker lagu-lagu
rock menjadi layu dan mati, sedangkan tanaman yang berada di dekat speaker
lagu-lagu indah tumbuh segar dan berbunga. Suatu bukti nyata bahwa musik sangat
mempengaruhi kehidupan makhluk hidup.
Alam semesta tercipta dengan musik alam yang sangat indah. Gemuruh ombak di
laut, deru angin di gunung, dan rintik hujan merupakan musik alam yang sangat
indah. Dan sudah terbukti, bagaimana pengaruh musik alam itu bagi kehidupan
manusia.
Wulaningrum Wibisono, S.Psi mengatakan, “Jikalau Anda merasakan hari ini begitu
berat, coba periksa lagi hidup Anda pada hari ini. Jangan-jangan Anda belum
mendengarkan musik dan bernyanyi”.
sumber : http://www.mail-archive.com/media-dakwah@yahoogroups.com/msg08782.html
perkembangan IQ (Intelegent Quotien) dan EQ (Emotional Quotien). Seorang anak
yang sejak kecil terbiasa mendengarkan musik akan lebih berkembang kecerdasan
emosional dan intelegensinya dibandingkan dengan anak yang jarang mendengarkan
musik. Yang dimaksud musik di sini adalah musik yang memiliki irama teratur dan
nada-nada yang teratur, bukan nada-nada “miring”. Tingkat kedisiplinan anak
yang sering mendengarkan musik juga lebih baik dibanding dengan anak yang
jarang mendengarkan musik.
Grace Sudargo, seorang musisi dan pendidik mengatakan, “Dasar-dasar musik
klasik secara umum berasal dari ritme denyut nadi manusia sehingga ia berperan
besar dalam perkembangan otak, pembentukan jiwa, karakter, bahkan raga manusia”.
Penelitian menunjukkan, musik klasik yang mengandung komposisi nada
berfluktuasi antara nada tinggi dan nada rendah akan merangsang kuadran C pada
otak. Sampai usia 4 tahun, kuadran B dan C pada otak anak-anak akan berkembang
hingga 80 % dengan musik.
“Musik sangat mempengaruhi kehidupan manusia. Musik memiliki 3 bagian penting
yaitu beat, ritme, dan harmony”, demikian kata Ev. Andreas Christanday dalam
suatu ceramah musik. “Beat mempengaruhi tubuh, ritme mempengaruhi jiwa,
sedangkan harmony mempengaruhi roh”. Contoh paling nyata bahwa beat sangat
mempengaruhi tubuh adalah dalam konser musik rock. Bisa dipastikan tidak ada
penonton maupun pemain dalam konser musik rock yang tubuhnya tidak bergerak.
Semuanya bergoyang dengan dahsyat, bahkan cenderung lepas kontrol. Kita masih
ingat dengan “head banger”, suatu gerakan memutar-mutar kepala mengikuti irama
music rock yang kencang. Dan tubuh itu mengikutinya seakan tanpa rasa lelah.
Jika hati kita sedang susah, cobalah mendengarkan musik yang indah, yang
memiliki irama (ritme) yang teratur. Perasaan kita akan lebih enak dan enteng.
Bahkan di luar negeri, pihak rumah sakit banyak memperdengarkan lagu-lagu indah
untuk membantu penyembuhan para pasiennya. Itu
suatu bukti, bahwa ritme sangat mempengaruhi jiwa manusia. Sedangkan harmony
sangat mempengaruhi roh. Jika kita menonton film horor, selalu terdengar
harmony (melodi) yang menyayat hati, yang membuat bulu kuduk kita berdiri.
Dalam ritual-ritual keagamaan juga banyak digunakan harmony yang membawa roh
manusia masuk ke dalam alam penyembahan. Di dalam meditasi, manusia mendengar
harmony dari suara-suara alam disekelilingnya. “Musik yang baik bagi kehidupan
manusia adalah musik yang seimbang antara beat, ritme, dan harmony”, ujar Ev.
Andreas Christanday.
Seorang ahli biofisika telah melakukan suatu percobaan tentang pengaruh musik
bagi kehidupan makhluk hidup. Dua tanaman dari jenis dan umur yang sama
diletakkan pada tempat yang berbeda. Yang satu diletakkan dekat dengan pengeras
suara (speaker) yang menyajikan lagu-lagu slow rock dan heavy rock, sedangkan
tanaman yang lain diletakkan dekat dengan speaker yang memperdengarkan
lagu-lagu yang indah dan berirama teratur. Dalam beberapa hari terjadi
perbedaan yang sangat mencolok. Tanaman yang berada di dekat speaker lagu-lagu
rock menjadi layu dan mati, sedangkan tanaman yang berada di dekat speaker
lagu-lagu indah tumbuh segar dan berbunga. Suatu bukti nyata bahwa musik sangat
mempengaruhi kehidupan makhluk hidup.
Alam semesta tercipta dengan musik alam yang sangat indah. Gemuruh ombak di
laut, deru angin di gunung, dan rintik hujan merupakan musik alam yang sangat
indah. Dan sudah terbukti, bagaimana pengaruh musik alam itu bagi kehidupan
manusia.
Wulaningrum Wibisono, S.Psi mengatakan, “Jikalau Anda merasakan hari ini begitu
berat, coba periksa lagi hidup Anda pada hari ini. Jangan-jangan Anda belum
mendengarkan musik dan bernyanyi”.
sumber : http://www.mail-archive.com/media-dakwah@yahoogroups.com/msg08782.html
Langganan:
Postingan (Atom)