Selasa, 09 Februari 2010

Perawatan Bayi Prematur di Rumah

Diposting oleh Unknown di 00.01

Bayi prematur memerlukan perawatan lebih intensif daripada bayi yang lahir cukup bulan.

Kebutuhan paling mendasar bayi prematur adalah kehangatan yang stabil seperti ketika masih di dalam rahim. Untuk itulah, saat baru lahir, kebanyakan bayi prematur memerlukan perawatan di neonatal intensive care unit (NICU) atau unit perawatan intensif neonatus. NICU dengan inkubator dan radiant warmer-nya mampu menciptakan lingkungan nyaman bagi pertumbuhan bayi. Jangka waktu kebutuhan bayi prematur berada di ruang NICU tidak bisa disamaratakan seluruhnya. Hal ini perlu observasi mendalam terhadap kondisi bayi yang mungkin berbeda-beda. Selain itu, tentu saja bayi prematur membutuhkan asupan nutrisi sesuai usianya yang lahir belum cukup bulan.

Sebelum bayi prematur diputuskan boleh pulang, diperlukan suatu pendekatan multidisiplin dari para dokter sesuai permasalahan yang ada padanya. Misalnya dengan melihat beberapa patokan dasar berikut:

1. Temperatur tubuh bayi dinyatakan stabil ketika sudah keluar dari inkubator yang biasanya kemampuan ini dimiliki bayi dengan usia kandungan 34 minggu atau berat badan sekitar 2.000 gram;

2. Bayi sudah dapat minum atau mengisap dengan baik untuk mencapai kenaikan BB sekitar 20-30 gram per hari;

3. Bayi sudah tidak lagi mendapat pengobatan secara intensif dan tidak memerlukan pengawasan di rumah sakit;

4. Bayi tidak mengalami perubahan berarti dalam pengobatan atau pemberian oksigen tambahan menjelang pulang.

Bila berdasarkan observasi itu bayi sudah memenuhi syarat, maka ia sudah boleh dibawa pulang.

YANG HARUS DILAKUKAN ORANG TUA

* Belajar perawatan khusus

Mau tidak mau, ketika bayi pulang ke rumah, orang tua harus belajar merawat karena bayi prematur memerlukan perhatian khusus yang berbeda dari bayi-bayi pada umumnya. Seharusnya, orang tua belajar tentang pemberian oksigen, monitor apnea (terhentinya pernapasan), dan resusitasi kardiovaskular. Banyak rumah sakit yang baru mengizinkan bayi pulang ke rumah bila sudah yakin kalau orang tua dapat melakukannya dengan baik. Bila tidak, rumah sakit akan menundanya karena orang tua tidak bisa memenuhi kebutuhan dasar bayinya dan mengetahui cara pengenalan masalah yang mungkin muncul setelah bayi dipulangkan.

* Memberikan ASI

Berikan ASI kepada bayi prematur karena ASI memberi efek perlindungan terhadap infeksi. ASI juga merupakan makanan yang paling steril untuk bayi dibandingkan susu formula yang harus disendok dan dicampur dengan air di dalam botol yang sangat mungkin kesterilannya terganggu. Sementara, perlindungan dari infeksi sangat penting bagi bayi prematur karena banyak organ tubuhnya belum berfungsi sempurna.

Berikan ASI setiap 2-3 jam atau mengikuti kemauan bayi. Jangan takut ASI habis karena produksi ASI mengikuti prinsip supply and demand sehingga kantung ASI tidak akan pernah kosong. Misalnya, bila bayi mengisap ASI sebanyak 90 ml, maka ASI baru yang akan diproduksi pun jumlahnya 90 ml. Bila yang diisap 100 ml maka yang diproduksi kemudian adalah 100 ml, begitu seterusnya.

Pengaturan ini memerlukan kecermatan karena fungsi pencernaan dan ginjal bayi prematur masih belum sempurna, selain karena penguapan cairan dari tubuhnya banyak tetapi kemampuan mengisap dan menelannya belum sempurna. Jika ia belum kuat mengisap, ASI harus diberikan lewat pipet.

Terlepas dari itu, bayi yang mendapat ASI memiliki skor perkembangan yang lebih baik ketika usianya mencapai 18 bulan dibandingkan dengan bayi yang hanya mendapat susu formula.

Memang, ASI adalah makanan utama bagi bayi baru lahir. Namun beberapa ibu mengalami gangguan produksi ASI. Sebenarnya hal ini bisa diatasi dengan melakukan konsultasi di klinik-klinik laktasi yang ada di rumah sakit.

* Memberikan susu formula yang tepat

Dalam keadaan terpaksa, jika payudara ibu tetap tidak bisa mengeluarkan ASI, maka ibu bisa memberikan susu formula khusus bayi prematur, bukan susu formula biasa. Hal ini untuk menyesuaikan dengan kondisi tubuh bayi yang masih belum sempurna.

Pemberian susu formula harus dikonsultasikan pada dokter karena pemberiannya harus berdasarkan observasi yang cermat. Intinya, jangan sembarangan memberikan susu formula kepada bayi prematur karena bisa membahayakan tubuhnya. Biasanya baru di usia koreksi 12 bulan bayi prematur boleh diberikan susu formula biasa. Namun bagi bayi dengan BB lahir sangat kecil atau pascasakit berat pemberian susu formula khusus dapat berlangsung lebih lama sampai si bayi mencapai berat yang sesuai dengan usia koreksi.

Pastikan orang tua tahu cara memberikan makan-minum, menghitung kecukupan kalori, kecukupan cairan, dan pemberian suplemen vitamin serta mineral. Misalnya, kebutuhan kalori saat di rumah minimal 100 kkal/kg berat badan/hari, maka bayi harus mendapatkan kalori yang sesuai dari ASI atau susu formula khusus bayi prematur. Bila bayi mendapat susu formula biasa, ia berisiko muntah atau diare yang dapat menyebabkan dehidrasi. Bila demikian yang terjadi maka segera bawa ia ke dokter untuk tindakan lebih lanjut. Untuk itulah, orang tua diharapkan terus melakukan kontak dengan dokter dan meminta nasihatnya sehingga penanganan secara tepat bisa segera dilakukan atau mungkin pengobatan segera dihentikan bila pertumbuhan bayi sudah dianggap normal.

* Tahu waktu pemberian makanan semipadat

Pemberian makan harus dilakukan di saat yang benar-benar diperbolehkan. Umumnya, makanan semipadat baru dapat diberikan setelah bayi berusia 4 bulan usia koreksi. Usia koreksi adalah usia lahir yang dikurangi dengan selisih usia prematur. Misalnya, normalnya bayi lahir di usia kandungan 40 minggu tetapi dia lahir prematur di usia kandungan 35 minggu. Ada selisih 5 minggu untuk mencapai kelahiran normal. Bila mengikuti usia lahir sebenarnya bayi sudah berusia 16 minggu maka usia koreksinya adalah 16 minggu dikurangi 5 minggu = 11 minggu. Jadi, perlu hati-hati dalam menentukannya. Jika usia lahirnya 5 bulan maka bayi belum boleh diberi makan karena usia koreksinya mungkin belum mencapai 4 bulan. Usia koreksi berlaku hingga 2 tahun pertama. Setelah 2 tahun, grafik pertumbuhannya disamakan seperti bayi lain.

* Memberikan imunisasi

Lain hal dengan imunisasi. Imunisasi harus dilakukan berdasarkan usia kelahiran, bukan usia koreksi. Dosisnya pun sama seperti bayi cukup bulan. Tetapi pemberian vaksin hepatitis B sebaiknya ditunda sampai BB bayi mencapai minimal 2.000 gram. Dianjurkan bayi prematur menggunakan vaksin difteri aselular yang lebih kecil kemungkinan menimbulkan demam, bengkak, atau kulit kemerahan walau harganya masih relatif mahal.

* Menyiapkan situasi rumah

Yang perlu diperhatikan saat bayi pulang ke rumah adalah peralihan suasana dari NICU dan ruang perawatan di rumah sakit yang sibuk dengan suasana rumah yang mungkin lebih tenang. Untuk itu bayi butuh adaptasi yang agak lama untuk melakukan penyesuaian. Dianjurkan, setibanya di rumah pasang musik riang agak keras dan lampu yang terang, kemudian secara perlahan volume suara dikecilkan dan cahaya diredupkan. Tujuannya agar bayi tidak merasakan perbedaan yang terlalu mencolok saat kepindahannya.

* Memungkinkan waktu tidur lebih lama

Orang tua pun perlu memberikan kesempatan pada bayi prematur untuk tidur sepuasnya karena dia butuh waktu tidur lebih lama daripada bayi-bayi yang cukup bulan. Mungkin dalam sehari bayi prematur harus tidur minimal 18 jam. Kebutuhan ini sangat penting mengingat pertumbuhan fisik terjadi sangat pesat pada saat bayi sedang tidur. Bila kebutuhan ini tidak tercukupi mungkin akan berpengaruh terhadap pertumbuhan fisiknya.

Namun, kita pun perlu memahami kalau bayi prematur harus lebih sering minum. Jadi, periode tidurnya akan lebih pendek karena sebentar-sebentar dia merengek minta susu. Untuk itu, kita harus siap. Berada di dekat bayi pada jam-jam minumnya adalah tindakan yang sangat baik sehingga bayi bisa segera terpenuhi kebutuhannya tanpa harus rewel berkepanjangan sehingga sulit tidur kembali.

Walaupun angka kejadian suddent infant death syndrome (SIDS) di Indonesia tidak terlalu menonjol, sebaiknya posisi tidur diawasi agar tetap dalam keadaan aman. Perhatikan juga jalan napasnya, jangan sampai tersumbat oleh bantal-guling, selimut, atau berada dalam posisi tengkurap.

RISIKO PADA BAYI PREMATUR

Prematur adalah kelahiran bayi pada saat masa kehamilan kurang dari 259 hari dihitung dari hari terakhir haid ibu. Setiap tahun, sekitar 10-15% bayi lahir prematur atau sebelum waktunya. Umumnya bayi yang lahir prematur akan memiliki banyak problem pascalahir. Dengan demikian, "Bayi prematur memerlukan perawatan lebih intensif dibandingkan bayi yang lahir normal atau cukup bulan," kata Rudy.

Rudy mencatat, bayi prematur yang masa di kandungannya hanya 36-37 minggu memunyai angka kematian 5 kali lebih tinggi daripada bayi cukup bulan. Sedangkan bayi yang usia kandungannya hanya/di bawah 32 minggu maka angka kematiannya lebih tinggi lagi, yaitu 45 kali lebih tinggi daripada bayi cukup bulan. Hal ini disebabkan banyak organ tubuh bayi yang belum berkembang sempurna sehingga banyak sekali gangguan yang terjadi di dalamnya. "Semakin cepat kelahiran berarti semakin muda masa kehamilan dan semakin muda organ tubuh bayi."

BERBAGAI KEMUNGKINAN GANGGUAN

Menurut Rudy, di masa awal, bayi prematur mengalami pertumbuhan yang sangat cepat (catch-up growth). Pertumbuhan cepat yang pertama kali dapat dilihat adalah pada lingkar kepala, kemudian baru berat badan (BB) dan panjang badan (PB). Pertumbuhan cepat ini berlangsung sampai usia 3 tahun.

Bayi prematur dengan BB lahir kurang menurut usia kehamilan atau intrauterine growth retardation dan bayi prematur dengan gangguan pertumbuhan saat catch-up growth berisiko tinggi untuk mengalami gangguan tumbuh kembang atau menderita masalah kesehatan lain dibandingkan dengan bayi yang masa pertumbuhan cepatnya dilalui dengan normal.

Ada beberapa cara skrining yang digunakan seperti denver prescreening developmental questonnaire, denver developmental screening test, dan gessel screening inventory. Namun tes ini tidak dapat menggantikan pemeriksaan fisik dan neurologis. Bila terdapat masalah atau gangguan dalam perkembangan sebaiknya bayi dikonsultasikan pada dokter ahli perkembangan.

Dengan kondisi organ tubuh yang belum sempurna, bayi prematur berisiko tinggi terhadap sejumlah penyakit pascalahir, antara lain:

1. Hipoksia perinatal (kekurangan oksigen)

Umumnya gangguan telah dimulai sejak di kandungan, misalnya gawat janin atau stres janin saat proses kelahirannya, yang membuat bayi mengalami asfiksia (kegagalan bernapas spontan dan teratur pada menit-menit pertama setelah lahir). Biasanya, dokter akan melakukan resusitasi (usaha bernapas kembali dengan pernapasan buatan atau pijat dan rangsang jantung) agar tak menimbulkan kerusakan organ, khususnya otak.

2. Masalah kardiovaskular

Masalah kardiovaskular adalah kelainan yang paling sering ditemui pada bayi prematur. Hal ini disebabkan belum menutupnya patent ductus arteriosus (PDA), yaitu saluran yang menghubungkan aorta dan arteri paru-paru kiri. Saluran/duktus ini mengalirkan darah keluar dari paru yang belum berfungsi dan ia tetap terbuka selama kehamilan. Saat masih dalam kandungan, pembuluh darah ini digunakan untuk bernapas. Ketika lahir, bayi akan bernapas secara normal, sehingga pembuluh darah itu akan menutup. Tapi karena gagal napas maka pembuluh darah ini tak menutup.

3. Mata juling

Strabismus atau mata juling biasa dialami bayi prematur. Dokter mata sebaiknya menilai keadaan mata, terutama bila strabismus menetap sampai usia lebih dari 9 bulan. Selain itu bila ditemukan gangguan pada retina atau retinopaty of prematurity (ROP), bayi harus diawasi lebih ketat.

4. Masalah neurologik

Kekurangan oksigen di dalam otak yang belum tumbuh sempurna pun seringkali menjadi gangguan. Masalahnya, pusat pernapasan ada di otak kecil sehingga sering terjadi gangguan pola pernapasan. Hal ini dapat menimbulkan perdarahan di otak. Penanganan harus dilakukan dengan sangat hati-hati mengingat saraf bayi belum sempurna. Setelah itu, perkembangan sejak lahir hingga balita harus diperhatikan secara cermat sehingga jika terjadi penyimpangan dapat cepat diperbaiki. Sangat baik bila bayi secara kontinyu diobservasi oleh ahli di klinik tumbuh kembang agar perkembangannya bisa sama dengan bayi normal.

5. Gangguan pendengaran

Bayi prematur juga berisiko mengalami gangguan pendengaran yang lebih tinggi. Uji pendengaran dengan brainstem auditory evoked potential dapat dilakukan setelah keadaan memungkinkan. WHO membuat batasan kehilangan pendengaran bila ada kekurangan pendengaran lebih dari 25 dB pada frekuensi 500, 1000 dan 2000 Hz pada salah satu telinga yang relatif lebih baik. Dengan definisi ini sekitar 5% bayi prematur yang lahir kurang dari 32 minggu masa kehamilan akan mengalami kehilangan pendengaran pada usia 5 tahun. Orang tua harus memperhatikan apabila ada tanda gangguan pendengaran secara dini.

6. Gangguan napas

Gangguan ini terjadi karena paru-paru belum matang sehingga kekurangan bahan surfaktan yang diproduksi oleh paru-paru. Surfaktan berfungsi mempertahankan mengembangnya alveoli atau gelembung paru. Kekurangan surfaktan ini membuat pertukaran udara menjadi tidak baik dan bayi akan mengalami sesak napas atau sindroma gangguan napas (SGN).

Tindakan yang diberikan biasanya tergantung pada derajat kematangan paru dan berat ringannya SGN, apakah dokter akan memakai alat bantu napas mekanik atau pemberian surfaktan eksternal. Sebenarnya, kekurangan surfaktan bisa diupayakan dengan menyuntikkan preparat steroid dosis tinggi pada ibu yang menghadapi persalinan prematur.

7. Kuning

Ketika lahir, sebagian besar bayi prematur mengalami kuning yang disebabkan fungsi hatinya belum sempurna. Kemungkinannya akan semakin besar bila saat hamil ibu menderita infeksi, khususnya infeksi plasenta. Tindakan untuk mengatasinya adalah dengan terapi

sinar biru, bila kasusnya berat sekali maka dilakukan transfusi tukar.

8. Cedera kedinginan

Masalah pengaturan suhu tubuh bayi pun terkadang belum sempurna sehingga bayi harus dimasukkan ke dalam inkubator. Tujuannya menghindari bayi dari kedinginan akibat suhu lingkungan yang terlalu rendah, terlalu tinggi, atau suhu yang naik turun karena dapat menyebabkan cedera dengan ciri-ciri kulitnya akan teraba keras pada tempat tertentu.

Selain dimasukkan ke dalam inkubator, ibu pun bisa melakukan gendong kanguru. Lepaskan seluruh pakaian bayi, lalu dekap di dada ibu langsung menyentuh kulit (skin to skin contact). Bayi akan merasa hangat. Lalu tutupi bagian belakang dan samping tubuhnya dengan selimut atau baju ibu.

Irfan Hasuki. Foto: Dok. nakita

0 komentar on "Perawatan Bayi Prematur di Rumah"

Posting Komentar

Selasa, 09 Februari 2010

Perawatan Bayi Prematur di Rumah


Bayi prematur memerlukan perawatan lebih intensif daripada bayi yang lahir cukup bulan.

Kebutuhan paling mendasar bayi prematur adalah kehangatan yang stabil seperti ketika masih di dalam rahim. Untuk itulah, saat baru lahir, kebanyakan bayi prematur memerlukan perawatan di neonatal intensive care unit (NICU) atau unit perawatan intensif neonatus. NICU dengan inkubator dan radiant warmer-nya mampu menciptakan lingkungan nyaman bagi pertumbuhan bayi. Jangka waktu kebutuhan bayi prematur berada di ruang NICU tidak bisa disamaratakan seluruhnya. Hal ini perlu observasi mendalam terhadap kondisi bayi yang mungkin berbeda-beda. Selain itu, tentu saja bayi prematur membutuhkan asupan nutrisi sesuai usianya yang lahir belum cukup bulan.

Sebelum bayi prematur diputuskan boleh pulang, diperlukan suatu pendekatan multidisiplin dari para dokter sesuai permasalahan yang ada padanya. Misalnya dengan melihat beberapa patokan dasar berikut:

1. Temperatur tubuh bayi dinyatakan stabil ketika sudah keluar dari inkubator yang biasanya kemampuan ini dimiliki bayi dengan usia kandungan 34 minggu atau berat badan sekitar 2.000 gram;

2. Bayi sudah dapat minum atau mengisap dengan baik untuk mencapai kenaikan BB sekitar 20-30 gram per hari;

3. Bayi sudah tidak lagi mendapat pengobatan secara intensif dan tidak memerlukan pengawasan di rumah sakit;

4. Bayi tidak mengalami perubahan berarti dalam pengobatan atau pemberian oksigen tambahan menjelang pulang.

Bila berdasarkan observasi itu bayi sudah memenuhi syarat, maka ia sudah boleh dibawa pulang.

YANG HARUS DILAKUKAN ORANG TUA

* Belajar perawatan khusus

Mau tidak mau, ketika bayi pulang ke rumah, orang tua harus belajar merawat karena bayi prematur memerlukan perhatian khusus yang berbeda dari bayi-bayi pada umumnya. Seharusnya, orang tua belajar tentang pemberian oksigen, monitor apnea (terhentinya pernapasan), dan resusitasi kardiovaskular. Banyak rumah sakit yang baru mengizinkan bayi pulang ke rumah bila sudah yakin kalau orang tua dapat melakukannya dengan baik. Bila tidak, rumah sakit akan menundanya karena orang tua tidak bisa memenuhi kebutuhan dasar bayinya dan mengetahui cara pengenalan masalah yang mungkin muncul setelah bayi dipulangkan.

* Memberikan ASI

Berikan ASI kepada bayi prematur karena ASI memberi efek perlindungan terhadap infeksi. ASI juga merupakan makanan yang paling steril untuk bayi dibandingkan susu formula yang harus disendok dan dicampur dengan air di dalam botol yang sangat mungkin kesterilannya terganggu. Sementara, perlindungan dari infeksi sangat penting bagi bayi prematur karena banyak organ tubuhnya belum berfungsi sempurna.

Berikan ASI setiap 2-3 jam atau mengikuti kemauan bayi. Jangan takut ASI habis karena produksi ASI mengikuti prinsip supply and demand sehingga kantung ASI tidak akan pernah kosong. Misalnya, bila bayi mengisap ASI sebanyak 90 ml, maka ASI baru yang akan diproduksi pun jumlahnya 90 ml. Bila yang diisap 100 ml maka yang diproduksi kemudian adalah 100 ml, begitu seterusnya.

Pengaturan ini memerlukan kecermatan karena fungsi pencernaan dan ginjal bayi prematur masih belum sempurna, selain karena penguapan cairan dari tubuhnya banyak tetapi kemampuan mengisap dan menelannya belum sempurna. Jika ia belum kuat mengisap, ASI harus diberikan lewat pipet.

Terlepas dari itu, bayi yang mendapat ASI memiliki skor perkembangan yang lebih baik ketika usianya mencapai 18 bulan dibandingkan dengan bayi yang hanya mendapat susu formula.

Memang, ASI adalah makanan utama bagi bayi baru lahir. Namun beberapa ibu mengalami gangguan produksi ASI. Sebenarnya hal ini bisa diatasi dengan melakukan konsultasi di klinik-klinik laktasi yang ada di rumah sakit.

* Memberikan susu formula yang tepat

Dalam keadaan terpaksa, jika payudara ibu tetap tidak bisa mengeluarkan ASI, maka ibu bisa memberikan susu formula khusus bayi prematur, bukan susu formula biasa. Hal ini untuk menyesuaikan dengan kondisi tubuh bayi yang masih belum sempurna.

Pemberian susu formula harus dikonsultasikan pada dokter karena pemberiannya harus berdasarkan observasi yang cermat. Intinya, jangan sembarangan memberikan susu formula kepada bayi prematur karena bisa membahayakan tubuhnya. Biasanya baru di usia koreksi 12 bulan bayi prematur boleh diberikan susu formula biasa. Namun bagi bayi dengan BB lahir sangat kecil atau pascasakit berat pemberian susu formula khusus dapat berlangsung lebih lama sampai si bayi mencapai berat yang sesuai dengan usia koreksi.

Pastikan orang tua tahu cara memberikan makan-minum, menghitung kecukupan kalori, kecukupan cairan, dan pemberian suplemen vitamin serta mineral. Misalnya, kebutuhan kalori saat di rumah minimal 100 kkal/kg berat badan/hari, maka bayi harus mendapatkan kalori yang sesuai dari ASI atau susu formula khusus bayi prematur. Bila bayi mendapat susu formula biasa, ia berisiko muntah atau diare yang dapat menyebabkan dehidrasi. Bila demikian yang terjadi maka segera bawa ia ke dokter untuk tindakan lebih lanjut. Untuk itulah, orang tua diharapkan terus melakukan kontak dengan dokter dan meminta nasihatnya sehingga penanganan secara tepat bisa segera dilakukan atau mungkin pengobatan segera dihentikan bila pertumbuhan bayi sudah dianggap normal.

* Tahu waktu pemberian makanan semipadat

Pemberian makan harus dilakukan di saat yang benar-benar diperbolehkan. Umumnya, makanan semipadat baru dapat diberikan setelah bayi berusia 4 bulan usia koreksi. Usia koreksi adalah usia lahir yang dikurangi dengan selisih usia prematur. Misalnya, normalnya bayi lahir di usia kandungan 40 minggu tetapi dia lahir prematur di usia kandungan 35 minggu. Ada selisih 5 minggu untuk mencapai kelahiran normal. Bila mengikuti usia lahir sebenarnya bayi sudah berusia 16 minggu maka usia koreksinya adalah 16 minggu dikurangi 5 minggu = 11 minggu. Jadi, perlu hati-hati dalam menentukannya. Jika usia lahirnya 5 bulan maka bayi belum boleh diberi makan karena usia koreksinya mungkin belum mencapai 4 bulan. Usia koreksi berlaku hingga 2 tahun pertama. Setelah 2 tahun, grafik pertumbuhannya disamakan seperti bayi lain.

* Memberikan imunisasi

Lain hal dengan imunisasi. Imunisasi harus dilakukan berdasarkan usia kelahiran, bukan usia koreksi. Dosisnya pun sama seperti bayi cukup bulan. Tetapi pemberian vaksin hepatitis B sebaiknya ditunda sampai BB bayi mencapai minimal 2.000 gram. Dianjurkan bayi prematur menggunakan vaksin difteri aselular yang lebih kecil kemungkinan menimbulkan demam, bengkak, atau kulit kemerahan walau harganya masih relatif mahal.

* Menyiapkan situasi rumah

Yang perlu diperhatikan saat bayi pulang ke rumah adalah peralihan suasana dari NICU dan ruang perawatan di rumah sakit yang sibuk dengan suasana rumah yang mungkin lebih tenang. Untuk itu bayi butuh adaptasi yang agak lama untuk melakukan penyesuaian. Dianjurkan, setibanya di rumah pasang musik riang agak keras dan lampu yang terang, kemudian secara perlahan volume suara dikecilkan dan cahaya diredupkan. Tujuannya agar bayi tidak merasakan perbedaan yang terlalu mencolok saat kepindahannya.

* Memungkinkan waktu tidur lebih lama

Orang tua pun perlu memberikan kesempatan pada bayi prematur untuk tidur sepuasnya karena dia butuh waktu tidur lebih lama daripada bayi-bayi yang cukup bulan. Mungkin dalam sehari bayi prematur harus tidur minimal 18 jam. Kebutuhan ini sangat penting mengingat pertumbuhan fisik terjadi sangat pesat pada saat bayi sedang tidur. Bila kebutuhan ini tidak tercukupi mungkin akan berpengaruh terhadap pertumbuhan fisiknya.

Namun, kita pun perlu memahami kalau bayi prematur harus lebih sering minum. Jadi, periode tidurnya akan lebih pendek karena sebentar-sebentar dia merengek minta susu. Untuk itu, kita harus siap. Berada di dekat bayi pada jam-jam minumnya adalah tindakan yang sangat baik sehingga bayi bisa segera terpenuhi kebutuhannya tanpa harus rewel berkepanjangan sehingga sulit tidur kembali.

Walaupun angka kejadian suddent infant death syndrome (SIDS) di Indonesia tidak terlalu menonjol, sebaiknya posisi tidur diawasi agar tetap dalam keadaan aman. Perhatikan juga jalan napasnya, jangan sampai tersumbat oleh bantal-guling, selimut, atau berada dalam posisi tengkurap.

RISIKO PADA BAYI PREMATUR

Prematur adalah kelahiran bayi pada saat masa kehamilan kurang dari 259 hari dihitung dari hari terakhir haid ibu. Setiap tahun, sekitar 10-15% bayi lahir prematur atau sebelum waktunya. Umumnya bayi yang lahir prematur akan memiliki banyak problem pascalahir. Dengan demikian, "Bayi prematur memerlukan perawatan lebih intensif dibandingkan bayi yang lahir normal atau cukup bulan," kata Rudy.

Rudy mencatat, bayi prematur yang masa di kandungannya hanya 36-37 minggu memunyai angka kematian 5 kali lebih tinggi daripada bayi cukup bulan. Sedangkan bayi yang usia kandungannya hanya/di bawah 32 minggu maka angka kematiannya lebih tinggi lagi, yaitu 45 kali lebih tinggi daripada bayi cukup bulan. Hal ini disebabkan banyak organ tubuh bayi yang belum berkembang sempurna sehingga banyak sekali gangguan yang terjadi di dalamnya. "Semakin cepat kelahiran berarti semakin muda masa kehamilan dan semakin muda organ tubuh bayi."

BERBAGAI KEMUNGKINAN GANGGUAN

Menurut Rudy, di masa awal, bayi prematur mengalami pertumbuhan yang sangat cepat (catch-up growth). Pertumbuhan cepat yang pertama kali dapat dilihat adalah pada lingkar kepala, kemudian baru berat badan (BB) dan panjang badan (PB). Pertumbuhan cepat ini berlangsung sampai usia 3 tahun.

Bayi prematur dengan BB lahir kurang menurut usia kehamilan atau intrauterine growth retardation dan bayi prematur dengan gangguan pertumbuhan saat catch-up growth berisiko tinggi untuk mengalami gangguan tumbuh kembang atau menderita masalah kesehatan lain dibandingkan dengan bayi yang masa pertumbuhan cepatnya dilalui dengan normal.

Ada beberapa cara skrining yang digunakan seperti denver prescreening developmental questonnaire, denver developmental screening test, dan gessel screening inventory. Namun tes ini tidak dapat menggantikan pemeriksaan fisik dan neurologis. Bila terdapat masalah atau gangguan dalam perkembangan sebaiknya bayi dikonsultasikan pada dokter ahli perkembangan.

Dengan kondisi organ tubuh yang belum sempurna, bayi prematur berisiko tinggi terhadap sejumlah penyakit pascalahir, antara lain:

1. Hipoksia perinatal (kekurangan oksigen)

Umumnya gangguan telah dimulai sejak di kandungan, misalnya gawat janin atau stres janin saat proses kelahirannya, yang membuat bayi mengalami asfiksia (kegagalan bernapas spontan dan teratur pada menit-menit pertama setelah lahir). Biasanya, dokter akan melakukan resusitasi (usaha bernapas kembali dengan pernapasan buatan atau pijat dan rangsang jantung) agar tak menimbulkan kerusakan organ, khususnya otak.

2. Masalah kardiovaskular

Masalah kardiovaskular adalah kelainan yang paling sering ditemui pada bayi prematur. Hal ini disebabkan belum menutupnya patent ductus arteriosus (PDA), yaitu saluran yang menghubungkan aorta dan arteri paru-paru kiri. Saluran/duktus ini mengalirkan darah keluar dari paru yang belum berfungsi dan ia tetap terbuka selama kehamilan. Saat masih dalam kandungan, pembuluh darah ini digunakan untuk bernapas. Ketika lahir, bayi akan bernapas secara normal, sehingga pembuluh darah itu akan menutup. Tapi karena gagal napas maka pembuluh darah ini tak menutup.

3. Mata juling

Strabismus atau mata juling biasa dialami bayi prematur. Dokter mata sebaiknya menilai keadaan mata, terutama bila strabismus menetap sampai usia lebih dari 9 bulan. Selain itu bila ditemukan gangguan pada retina atau retinopaty of prematurity (ROP), bayi harus diawasi lebih ketat.

4. Masalah neurologik

Kekurangan oksigen di dalam otak yang belum tumbuh sempurna pun seringkali menjadi gangguan. Masalahnya, pusat pernapasan ada di otak kecil sehingga sering terjadi gangguan pola pernapasan. Hal ini dapat menimbulkan perdarahan di otak. Penanganan harus dilakukan dengan sangat hati-hati mengingat saraf bayi belum sempurna. Setelah itu, perkembangan sejak lahir hingga balita harus diperhatikan secara cermat sehingga jika terjadi penyimpangan dapat cepat diperbaiki. Sangat baik bila bayi secara kontinyu diobservasi oleh ahli di klinik tumbuh kembang agar perkembangannya bisa sama dengan bayi normal.

5. Gangguan pendengaran

Bayi prematur juga berisiko mengalami gangguan pendengaran yang lebih tinggi. Uji pendengaran dengan brainstem auditory evoked potential dapat dilakukan setelah keadaan memungkinkan. WHO membuat batasan kehilangan pendengaran bila ada kekurangan pendengaran lebih dari 25 dB pada frekuensi 500, 1000 dan 2000 Hz pada salah satu telinga yang relatif lebih baik. Dengan definisi ini sekitar 5% bayi prematur yang lahir kurang dari 32 minggu masa kehamilan akan mengalami kehilangan pendengaran pada usia 5 tahun. Orang tua harus memperhatikan apabila ada tanda gangguan pendengaran secara dini.

6. Gangguan napas

Gangguan ini terjadi karena paru-paru belum matang sehingga kekurangan bahan surfaktan yang diproduksi oleh paru-paru. Surfaktan berfungsi mempertahankan mengembangnya alveoli atau gelembung paru. Kekurangan surfaktan ini membuat pertukaran udara menjadi tidak baik dan bayi akan mengalami sesak napas atau sindroma gangguan napas (SGN).

Tindakan yang diberikan biasanya tergantung pada derajat kematangan paru dan berat ringannya SGN, apakah dokter akan memakai alat bantu napas mekanik atau pemberian surfaktan eksternal. Sebenarnya, kekurangan surfaktan bisa diupayakan dengan menyuntikkan preparat steroid dosis tinggi pada ibu yang menghadapi persalinan prematur.

7. Kuning

Ketika lahir, sebagian besar bayi prematur mengalami kuning yang disebabkan fungsi hatinya belum sempurna. Kemungkinannya akan semakin besar bila saat hamil ibu menderita infeksi, khususnya infeksi plasenta. Tindakan untuk mengatasinya adalah dengan terapi

sinar biru, bila kasusnya berat sekali maka dilakukan transfusi tukar.

8. Cedera kedinginan

Masalah pengaturan suhu tubuh bayi pun terkadang belum sempurna sehingga bayi harus dimasukkan ke dalam inkubator. Tujuannya menghindari bayi dari kedinginan akibat suhu lingkungan yang terlalu rendah, terlalu tinggi, atau suhu yang naik turun karena dapat menyebabkan cedera dengan ciri-ciri kulitnya akan teraba keras pada tempat tertentu.

Selain dimasukkan ke dalam inkubator, ibu pun bisa melakukan gendong kanguru. Lepaskan seluruh pakaian bayi, lalu dekap di dada ibu langsung menyentuh kulit (skin to skin contact). Bayi akan merasa hangat. Lalu tutupi bagian belakang dan samping tubuhnya dengan selimut atau baju ibu.

Irfan Hasuki. Foto: Dok. nakita

0 komentar:

Posting Komentar

Related Posts with Thumbnails
 

anak cerdas indonesia Copyright © 2009 Paper Girl is Designed by Ipietoon Sponsored by Online Business Journal