Biarkan anak-anak mengetahui bahwa orangtua tertarik, ingin terlibat dan akan membantu ketika anak membutuhkannya.
Matikan televisi atau berhenti membaca koran ketika anak Anda ingin mengajak ngobrol.
Hindari mengangkat telepon ketika sang anak mempunyai sesuatu yang penting untuk diberitahukan.
Kecuali ada orang lain yang ingin ikut mengobrol bersama, jagalah agar percakapan Anda dengan si kecil tetap privat. Komunikasi yang paling baik akan tercipta jika hanya ada orangtua dan anak-anak, tak ada orang lain yang terlibat.
Mempermalukan sang anak atau membuatnya merasa canggung di depan orang banyak akan menimbulkan kejengkelan dan pertengkaran, bukan komunikasi yang baik.
Jangan berbicara dengan nada tinggi pada anak Anda. Turunkan nada bicara Anda untuk menyeimbangi pembicaraan dengan Si Kecil.
Jika orang tua marah terhadap perilaku atau sebuah kejadian yang menimpa anak, jangan memulai percakapan sampai kemarahan Anda mereda, karena orangtua tidak akan bersifat objektif sampai kemarahannya reda. Lebih baik tunggu sebentar, tenangkan diri Anda, kemudian baru berbicara dengan Si Kecil.
Jika orang tua sangat lelah, maka orang tua harus memberikan usaha yang lebih untuk menjadi seorang pendengar aktif. Menjadi pendengar aktif adalah sebuah kerja keras dan sangat susah dilakukan ketika tubuh dan pikiran anda sangat lelah.
Dengarkan secara hati-hati dan sopan. Jangan memotong pembicaraan anak ketika Si Kecil sedang menceritakan kisahnya. Berusahalah untuk bersikap sopan kepada anak-anak sama dengan yang kita lakukan kepada teman baik kita.
Jangan keluar dari topik pembicaraan, ketika anak-anak sedang menguraikan benang merah dari sebuah cerita dan jangan pernah membiarkan anak-anak mengembangkan tema sendiri. Ini adalah reaksi orangtua terhadap kejadian yang kebetulan terjadi di luar pengawasan orangtua, ketika Si Kecil mulai bercerita tentang apa yang terjadi, biasanya orangtua berkata, "Aku tidak peduli dengan apa yang mereka lakukan, tapi sebaiknya kamu tidak terlibat dengan hal-hal seperti itu."
Jangan tanya kenapa, tetapi tanyakanlah apa yang terjadi.
Ketika orang tua mempunyai pengetahuan terhadap suatu situasi, jelaskan pada anak-anak tentang informasi yang Anda tahu atau telah diberitahu.
Tetaplah berbicara dengan pembawaan yang dewasa (“Berbicaralah ketika aku sudah selesai.” “Aku tahu apa yang terbaik untukmu.” “Lakukanlah apa yang kukatakan dan masalahmu akan terselesaikan”) perkecil fekuensi berkhotbah dan berbicara tentang moral karena itu tidak akan membantu menciptakan komunikasi yang baik dan terbuka.
Jangan menggunakan kata-kata yang merendahkan, seperti: bodoh, malas dalam pernyataan-pernyataan: “Dasar bodoh, hal itu tidak masuk akal sama sekali” atau “Apa yang kamu tahu, kamu hanyalah seorang anak kecil.”
Bantulah sang anak dalam merencanakan beberapa tahap-tahap spesifik untuk menyelesaikan masalahnya.
Tunjukkanlah bahwa orang tua menerima anaknya, atas apa yang telah atau yang belum sang anak perbuat.
Dukung anak Anda untuk menjaga komunikasi tetap terbuka. Lakukanlah dengan menerimanya dan memuji usahanya untuk berkomunikasi.
Sumber: www.childdevelopmentinfo.com
Minggu, 13 Desember 2009
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Minggu, 13 Desember 2009
In:
news
Prinsip-prinsip Dasar Membangun Komunikasi yang Baik antara Orangtua dan Anak-anak
Biarkan anak-anak mengetahui bahwa orangtua tertarik, ingin terlibat dan akan membantu ketika anak membutuhkannya.
Matikan televisi atau berhenti membaca koran ketika anak Anda ingin mengajak ngobrol.
Hindari mengangkat telepon ketika sang anak mempunyai sesuatu yang penting untuk diberitahukan.
Kecuali ada orang lain yang ingin ikut mengobrol bersama, jagalah agar percakapan Anda dengan si kecil tetap privat. Komunikasi yang paling baik akan tercipta jika hanya ada orangtua dan anak-anak, tak ada orang lain yang terlibat.
Mempermalukan sang anak atau membuatnya merasa canggung di depan orang banyak akan menimbulkan kejengkelan dan pertengkaran, bukan komunikasi yang baik.
Jangan berbicara dengan nada tinggi pada anak Anda. Turunkan nada bicara Anda untuk menyeimbangi pembicaraan dengan Si Kecil.
Jika orang tua marah terhadap perilaku atau sebuah kejadian yang menimpa anak, jangan memulai percakapan sampai kemarahan Anda mereda, karena orangtua tidak akan bersifat objektif sampai kemarahannya reda. Lebih baik tunggu sebentar, tenangkan diri Anda, kemudian baru berbicara dengan Si Kecil.
Jika orang tua sangat lelah, maka orang tua harus memberikan usaha yang lebih untuk menjadi seorang pendengar aktif. Menjadi pendengar aktif adalah sebuah kerja keras dan sangat susah dilakukan ketika tubuh dan pikiran anda sangat lelah.
Dengarkan secara hati-hati dan sopan. Jangan memotong pembicaraan anak ketika Si Kecil sedang menceritakan kisahnya. Berusahalah untuk bersikap sopan kepada anak-anak sama dengan yang kita lakukan kepada teman baik kita.
Jangan keluar dari topik pembicaraan, ketika anak-anak sedang menguraikan benang merah dari sebuah cerita dan jangan pernah membiarkan anak-anak mengembangkan tema sendiri. Ini adalah reaksi orangtua terhadap kejadian yang kebetulan terjadi di luar pengawasan orangtua, ketika Si Kecil mulai bercerita tentang apa yang terjadi, biasanya orangtua berkata, "Aku tidak peduli dengan apa yang mereka lakukan, tapi sebaiknya kamu tidak terlibat dengan hal-hal seperti itu."
Jangan tanya kenapa, tetapi tanyakanlah apa yang terjadi.
Ketika orang tua mempunyai pengetahuan terhadap suatu situasi, jelaskan pada anak-anak tentang informasi yang Anda tahu atau telah diberitahu.
Tetaplah berbicara dengan pembawaan yang dewasa (“Berbicaralah ketika aku sudah selesai.” “Aku tahu apa yang terbaik untukmu.” “Lakukanlah apa yang kukatakan dan masalahmu akan terselesaikan”) perkecil fekuensi berkhotbah dan berbicara tentang moral karena itu tidak akan membantu menciptakan komunikasi yang baik dan terbuka.
Jangan menggunakan kata-kata yang merendahkan, seperti: bodoh, malas dalam pernyataan-pernyataan: “Dasar bodoh, hal itu tidak masuk akal sama sekali” atau “Apa yang kamu tahu, kamu hanyalah seorang anak kecil.”
Bantulah sang anak dalam merencanakan beberapa tahap-tahap spesifik untuk menyelesaikan masalahnya.
Tunjukkanlah bahwa orang tua menerima anaknya, atas apa yang telah atau yang belum sang anak perbuat.
Dukung anak Anda untuk menjaga komunikasi tetap terbuka. Lakukanlah dengan menerimanya dan memuji usahanya untuk berkomunikasi.
Sumber: www.childdevelopmentinfo.com
Matikan televisi atau berhenti membaca koran ketika anak Anda ingin mengajak ngobrol.
Hindari mengangkat telepon ketika sang anak mempunyai sesuatu yang penting untuk diberitahukan.
Kecuali ada orang lain yang ingin ikut mengobrol bersama, jagalah agar percakapan Anda dengan si kecil tetap privat. Komunikasi yang paling baik akan tercipta jika hanya ada orangtua dan anak-anak, tak ada orang lain yang terlibat.
Mempermalukan sang anak atau membuatnya merasa canggung di depan orang banyak akan menimbulkan kejengkelan dan pertengkaran, bukan komunikasi yang baik.
Jangan berbicara dengan nada tinggi pada anak Anda. Turunkan nada bicara Anda untuk menyeimbangi pembicaraan dengan Si Kecil.
Jika orang tua marah terhadap perilaku atau sebuah kejadian yang menimpa anak, jangan memulai percakapan sampai kemarahan Anda mereda, karena orangtua tidak akan bersifat objektif sampai kemarahannya reda. Lebih baik tunggu sebentar, tenangkan diri Anda, kemudian baru berbicara dengan Si Kecil.
Jika orang tua sangat lelah, maka orang tua harus memberikan usaha yang lebih untuk menjadi seorang pendengar aktif. Menjadi pendengar aktif adalah sebuah kerja keras dan sangat susah dilakukan ketika tubuh dan pikiran anda sangat lelah.
Dengarkan secara hati-hati dan sopan. Jangan memotong pembicaraan anak ketika Si Kecil sedang menceritakan kisahnya. Berusahalah untuk bersikap sopan kepada anak-anak sama dengan yang kita lakukan kepada teman baik kita.
Jangan keluar dari topik pembicaraan, ketika anak-anak sedang menguraikan benang merah dari sebuah cerita dan jangan pernah membiarkan anak-anak mengembangkan tema sendiri. Ini adalah reaksi orangtua terhadap kejadian yang kebetulan terjadi di luar pengawasan orangtua, ketika Si Kecil mulai bercerita tentang apa yang terjadi, biasanya orangtua berkata, "Aku tidak peduli dengan apa yang mereka lakukan, tapi sebaiknya kamu tidak terlibat dengan hal-hal seperti itu."
Jangan tanya kenapa, tetapi tanyakanlah apa yang terjadi.
Ketika orang tua mempunyai pengetahuan terhadap suatu situasi, jelaskan pada anak-anak tentang informasi yang Anda tahu atau telah diberitahu.
Tetaplah berbicara dengan pembawaan yang dewasa (“Berbicaralah ketika aku sudah selesai.” “Aku tahu apa yang terbaik untukmu.” “Lakukanlah apa yang kukatakan dan masalahmu akan terselesaikan”) perkecil fekuensi berkhotbah dan berbicara tentang moral karena itu tidak akan membantu menciptakan komunikasi yang baik dan terbuka.
Jangan menggunakan kata-kata yang merendahkan, seperti: bodoh, malas dalam pernyataan-pernyataan: “Dasar bodoh, hal itu tidak masuk akal sama sekali” atau “Apa yang kamu tahu, kamu hanyalah seorang anak kecil.”
Bantulah sang anak dalam merencanakan beberapa tahap-tahap spesifik untuk menyelesaikan masalahnya.
Tunjukkanlah bahwa orang tua menerima anaknya, atas apa yang telah atau yang belum sang anak perbuat.
Dukung anak Anda untuk menjaga komunikasi tetap terbuka. Lakukanlah dengan menerimanya dan memuji usahanya untuk berkomunikasi.
Sumber: www.childdevelopmentinfo.com
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
0 komentar on "Prinsip-prinsip Dasar Membangun Komunikasi yang Baik antara Orangtua dan Anak-anak"
Posting Komentar