Sambut Pagi dengan Semangat
Apa yang Anda rasakan, saat membuka mata dan terbangun di pagi hari? Pasti kebanyakan orang akan menjawab, malas beranjak dari kasur.
Ayo hilangkan kebiasaan buruk itu! Susun semangat Anda di awal membuka mata agar Anda da-pat menghadapi segala rutinitas yang siap menanti. Berikut beberapa langkah tepat yang bisa Anda terapkan di pagi hari:
Lihat sesuatu yang berwarna
Jika saat ini dinding, atau perlengkapan tidur Anda berwarna gelap, ganti dengan warna-warna cerah dan terang seperti merah, orange, atau kuning pada bantal, selimut, kasur atau dinding kamar tidur Anda.
Menurut Leatrice Eiseman, Direktur Eksekutif Pantone Color Institute, ketika mata Anda terbuka dan melihat sesuatu yang berwarna, adrenalin akan terpicu dan seketika itu pula energi Anda akan terdorong.
Bangun dan melihat bunga mawar
Letakkan serangkaian bunga mawar yang berada dalam satu vas cantik di salah satu sudut ruangan kamar Anda.
Nancy Etcoff, PhD, anggota Harvard Medical School and The Harvard University Mind/Brain/Behavior Initiative mengatakan bahwa jika seseorang melihat sekuntum bunga mawar ketika terbangun di pagi hari, khususnya bagi kaum perempuan akan meningkatkan mood dan semangat yang akan bertahan hingga sepanjang hari itu.
Berikan sedikit pijatan pada wajah
Pijatan di area sekitar wajah akan meningkatkan sirkulasi darah dan mempercepat bangun tidur. Mulai pijat dari daerah kening, pipi, lalu pukul-pukul perlahan dengan telapak tangan Anda, lanjutkan ke daerah dagu dan akhirnya seluruh bagian wajah. Gerakan memijat tersebut bisa membuat Anda berpijar dengan cepat.
Biarkan sinar matahari pagi masuk
Sinar matahari yang langsung menyentuh kulit, akan membuat Anda lebih terbangun.
"Cahaya pagi yang masuk ke dalam tubuh bagaikan jam biologis yang akan menghentikan sekresi melatonin, hormon yang membuat seseorang me-ngantuk dan meningkatkan hormon. serotonin yang memicu mood seseorang," ujar James .B. Maas, PhD, seorang profesor psikologi di Cornell University.
Minum segelas air putih
Hal itu merupakan cara yang baik untuk mengganti cairan tubuh yang berkurang semalam.
"Segala sesuatu yang terjadi di dalam tubuh memerlukan air. Tanpa air yang cukup, sistem me-tabolisme dalam tubuh akan bekerja lebih keras sehingga nienyebabkan melemahnya fungsi organ," ujar Holly Andersen, asisten profesor Weill Cornell Medical Center.
'Bermain' sejenak
Bagi Anda yang telah menikah, aktivitas fisik adalah satu cara ampuh untuk mengusir malas. Menurut Helen E. Fisher, PhD, seorang an-tropolog dari Rutgers University, melakukan seks di pagi hari bisa meningkatkan mood Anda karena beberapa hormon akan keluar, seperti hormon peningkat stamina (testosteron), energi (dopamin) dan ketenangan (oxytocin).
Minggu, 01 November 2009
In:
news
Berat Badan Ideal Anak Usia 0-1 Tahun
Berat Badan Ideal Anak Usia 0-1 Tahun
Tanya: Soya Yohebet, ibu dari seorangputra bemama Andre Darius Juan Suhandi (2 bulan). Berapa sih berat badan ideal seorang bayi dari baru lahir hingga usia 1 tahun? - Yohebet Suandi, SE. Bandung
Jawab: Ibu \bhebet, usia anak Anda dua bulan, tetapi Anda tidak mencantumkan berat badannya. Tapi sudah baik sekali ibu berkirim surat untuk mengetahui berat badan yang ideal bagi anak usia 0-1 tahun.
Tiap negara sebenarnya memiliki standar masing-masing mengenai berat badan ideal. Di Indonesia pun sampai saat ini belum memiliki standar yang baku karena selama ini selalu mengadopsi dari negara lain. Lalu WHO membuat standar yang sampelnya diambil dari seluruh benua yang ada di dunia sehingga hasilnya lebih mewakili berat badan yang ideal.
Menentukan ideal atau tidaknya tumbuh kembang putera ibu haras dihitung dengan Body Mass Index (BMI), dibandingkan dengan tinggi badan dalam satuan meter yang dikwadratkan.
Berat Badan (dalam kg) / Tinggi Badan (m)2
Perlu diperhatikan juga jenis kelamin karena anak laki-laki dan perempuan memiliki standar yang berbeda. Selain itu dalam menentukan berat dan tinggi badan yang ideal tidak bisa sekadar 'moment opname' (pada saat itu saja), karena dalam pertumbuhan diperlukan proses yang berlangsung secara kontinyu. Lihat perkembangannya, dari yang lalu hingga ke depannya.
Monitor paling tidak minimal 1 bulan 1 kali untuk ditimbang, diukur panjang badannya juga lingkar kepalanya. Untuk memudahkan Anda, berikut grafik berat badan ideal yang dibuat WHO.
waspadai warna feses bayi
Tanya: Anakku (Natasha Putri Hartanto, 6 bulan) sudah mulai saya berikan makanan padat. Namun saya heran, kenapa ya, Dok warna pupnya berubah-ubah. Terkadang benwarna kuning atau kecoklatan. Bahkan sayuran yang sebelumnya dikonsumsi, kelihatan bercampur dengan feses. Berbahayakah kondisi tersebut? Terimakasih. Sari-Cilegon
Jawab: Tekstur dan warna feses bervariasi seiring pertumbuhan bayi. Feses pada bayi baru lahir atau di hari-hari pertama kehidupannya berwarna hitam kehijauan, lembut dan lengket Namun warnanya akan berubah setelah bayi mulai mendapat asupan ASI atau susu formula. Warna feses bayi yang mendapat asupan ASI atau susu formula bervariasi dari kuning, kuning kecoklatan, coklat, hingga coklat kehijauan. Feses pada bayi yang mendapat asupan susu formula lebih berbentuk, tebal dengan bau lebih menyengat dibanding feses bayi yang mcndapat ASI.
Kadang, feses yang keluar dapat didahului bagian yang keras namun sclanjutnya lunak dan basah. Hal tersebut masih normal selama feses masih lunak dan mudah untuk dikeluarkan bayi.
Feses bayi yang sudah mendapat makanan padat dapat berwarna bermacam-macam. Namun akan berangsur-angsur hilang, seiring pertumbuhan bayi. Selama wama feses menyerupai wama makanan yang diberikan sebelumnya, maka kondisi ini masih normal. Misalnya asupan jeruk, wortel atau kentang sebagai bagian dari malcanan padat, akan membuat feses berwarna campuran oranye atau kuning.
Namun perlu diwaspadai jika warna feses tiba-tiba berubah menjadi merah karena bercampur darah dan lendir, yang menandakan infeksi usus oleh kuman. Atau wama feses menjadi pucat seperti dempul, disertai kulit bayi yang kuning. Mungkin ada sumbatan pada saluran had. Segera berkonsultasi ke dokter.
Sistem Pencernaan
Pemberian makanan padat pada si kecil sejak usia 6 bulan sudah tepat. Hal itu berhubungan dengan kesiapan fisik bayi, risiko alergi makanan maupun sistem pencernaan yang telah berkembang pada usia tersebut. Namun sistem pencernaannya masih dalam proses perkembangan sehingga kadang masih terlihat sisa-sisa makanan yang tidak dicerna dengan baik dan bercampur dengan feses.
Ditemukannya sayuran yang sebelumnya dikonsumsi bercampur dengan feses karena sayuran berkadar serat tinggi sehingga masih sukar dicerna. Anda tidak perlu cemas karena hal tersebut masih normal. Kecuali feses bayi Anda terdapat lendir bercampur darah, menjadi sangat cair atau feses menjadi seperti jelly bewarna merah kehitaman disertai nyeri perut.
Selain itu, apabila terjadi perabahan frekuensi pup yang cepat, feses menjadi sangat cair atau bau, kemungkinan bayi mengalami diare. Perhatikan pula gejala lain seperti muntah, pilek atau demam yang sering menyertai diare.
Bila bayi tiba-tiba menjadi jarang pup atau feses menjadi keras, kering seperti biji-bijian, mungkin bayi mengalami sembelit (konstipasi). Jadi, perhatikan pola minum dan komposisi makanan yang diberikan kepada bayi, sebab konstipasi berhubungan dengan kurangnya kandungan serat seperti sayuran atau sereal dan kurangnya asupan air.
Jawab: Tekstur dan warna feses bervariasi seiring pertumbuhan bayi. Feses pada bayi baru lahir atau di hari-hari pertama kehidupannya berwarna hitam kehijauan, lembut dan lengket Namun warnanya akan berubah setelah bayi mulai mendapat asupan ASI atau susu formula. Warna feses bayi yang mendapat asupan ASI atau susu formula bervariasi dari kuning, kuning kecoklatan, coklat, hingga coklat kehijauan. Feses pada bayi yang mendapat asupan susu formula lebih berbentuk, tebal dengan bau lebih menyengat dibanding feses bayi yang mcndapat ASI.
Kadang, feses yang keluar dapat didahului bagian yang keras namun sclanjutnya lunak dan basah. Hal tersebut masih normal selama feses masih lunak dan mudah untuk dikeluarkan bayi.
Feses bayi yang sudah mendapat makanan padat dapat berwarna bermacam-macam. Namun akan berangsur-angsur hilang, seiring pertumbuhan bayi. Selama wama feses menyerupai wama makanan yang diberikan sebelumnya, maka kondisi ini masih normal. Misalnya asupan jeruk, wortel atau kentang sebagai bagian dari malcanan padat, akan membuat feses berwarna campuran oranye atau kuning.
Namun perlu diwaspadai jika warna feses tiba-tiba berubah menjadi merah karena bercampur darah dan lendir, yang menandakan infeksi usus oleh kuman. Atau wama feses menjadi pucat seperti dempul, disertai kulit bayi yang kuning. Mungkin ada sumbatan pada saluran had. Segera berkonsultasi ke dokter.
Sistem Pencernaan
Pemberian makanan padat pada si kecil sejak usia 6 bulan sudah tepat. Hal itu berhubungan dengan kesiapan fisik bayi, risiko alergi makanan maupun sistem pencernaan yang telah berkembang pada usia tersebut. Namun sistem pencernaannya masih dalam proses perkembangan sehingga kadang masih terlihat sisa-sisa makanan yang tidak dicerna dengan baik dan bercampur dengan feses.
Ditemukannya sayuran yang sebelumnya dikonsumsi bercampur dengan feses karena sayuran berkadar serat tinggi sehingga masih sukar dicerna. Anda tidak perlu cemas karena hal tersebut masih normal. Kecuali feses bayi Anda terdapat lendir bercampur darah, menjadi sangat cair atau feses menjadi seperti jelly bewarna merah kehitaman disertai nyeri perut.
Selain itu, apabila terjadi perabahan frekuensi pup yang cepat, feses menjadi sangat cair atau bau, kemungkinan bayi mengalami diare. Perhatikan pula gejala lain seperti muntah, pilek atau demam yang sering menyertai diare.
Bila bayi tiba-tiba menjadi jarang pup atau feses menjadi keras, kering seperti biji-bijian, mungkin bayi mengalami sembelit (konstipasi). Jadi, perhatikan pola minum dan komposisi makanan yang diberikan kepada bayi, sebab konstipasi berhubungan dengan kurangnya kandungan serat seperti sayuran atau sereal dan kurangnya asupan air.
Role Play Untuk Hilangkan Ketakutan
Role Play Untuk Hilangkan Ketakutan
Cobalah bermain peran. Permainan ini efektif atasi rasa takut. Permainan yang dipilih tentu saja yang ada hubungannya dengan faktor pemicu rasa takut. Ajak anak menjadi dokter. Anak belajar berempati pada posisi orang lain. Selain belajar bereksplorasi dan berimajinasi serta meningkatkan kemampuan verbal, dengan bermain peran anak juga diharapkan dapat mengatasi rasa takut dalam dirinya.
Bermain Dokter
Banyak anak takut dokter, karena pengalaman tidak menyenangkan yakni disuntik.Tak heran, baru memasuki ruang praktek, anak sudah menjerit histeris.
Cobalah trik berikut. Ajak anak berperan sebagai dokter. Sedangkan rangtua, kakak atau adik, sebagai pasiennya. Sebisa mungkin gunakan inan yang menyerupai alat dokter. Biarkan anak bereksplorasi menjadi dokter yang tengah memeriksa pasien. Ajari anak untuk menenangkan pasien dengan mengatakan, "Jangan takut, ya, Bu, saya cuma periksa sebentar aja, kok. Kalau harus disuntik, nggak sakit, kok. Kan, supaya lekas sembuh."
Main Sirkus
Jika anak takut binatang, lumrah saja, apalagi untuk pertama kali. Sebaiknya orangtua ikut menjelaskan dan memperkenalkan binatang sejak dini. Jangan membuat sosok binatang menyeramkan dan menakutkan. Toh memang tidak semua binatang buas bukan?
Salah satu cara menarik adalah bermain sebagai pelatih binatang. Atau cara yang lebih sederhana adalah bermain sandirwara di panggung yang menggelar cerita tentang binatang sebagai sahabat manusia (fabel).
MainTamu-Tamuan
Takut pada orang yang baru dikenal. Ini pun biasa dialami anak-anak. Kadang orangtua, juga menjadi pemicu dengan sering kali melontarkan kalimat,"Awas, kamu jangan deket-deket sama orang yang nggak kamu kenal. Bisa-bisa kamu nanti diculik, loh!"
Mungkin, cara ini bisa dicoba bersama. Ya, main tamu-tamuan. Agar lebih ramai, libatkan teman-teman sepermainan anak. Posisikan dia untuk bergantian memainkan peran sebagai tamu yang berkunjung ke rumah orang lain, atau sebagai nyonya rumah yang kedatangan tamu. Bermain peran untuk mengikis rasa takut pada orang lain juga bisa dilakukan dalam berbagai situasi, seperti di toko, sekolah dan tempat keramaian lainnya.
Cobalah bermain peran. Permainan ini efektif atasi rasa takut. Permainan yang dipilih tentu saja yang ada hubungannya dengan faktor pemicu rasa takut. Ajak anak menjadi dokter. Anak belajar berempati pada posisi orang lain. Selain belajar bereksplorasi dan berimajinasi serta meningkatkan kemampuan verbal, dengan bermain peran anak juga diharapkan dapat mengatasi rasa takut dalam dirinya.
Bermain Dokter
Banyak anak takut dokter, karena pengalaman tidak menyenangkan yakni disuntik.Tak heran, baru memasuki ruang praktek, anak sudah menjerit histeris.
Cobalah trik berikut. Ajak anak berperan sebagai dokter. Sedangkan rangtua, kakak atau adik, sebagai pasiennya. Sebisa mungkin gunakan inan yang menyerupai alat dokter. Biarkan anak bereksplorasi menjadi dokter yang tengah memeriksa pasien. Ajari anak untuk menenangkan pasien dengan mengatakan, "Jangan takut, ya, Bu, saya cuma periksa sebentar aja, kok. Kalau harus disuntik, nggak sakit, kok. Kan, supaya lekas sembuh."
Main Sirkus
Jika anak takut binatang, lumrah saja, apalagi untuk pertama kali. Sebaiknya orangtua ikut menjelaskan dan memperkenalkan binatang sejak dini. Jangan membuat sosok binatang menyeramkan dan menakutkan. Toh memang tidak semua binatang buas bukan?
Salah satu cara menarik adalah bermain sebagai pelatih binatang. Atau cara yang lebih sederhana adalah bermain sandirwara di panggung yang menggelar cerita tentang binatang sebagai sahabat manusia (fabel).
MainTamu-Tamuan
Takut pada orang yang baru dikenal. Ini pun biasa dialami anak-anak. Kadang orangtua, juga menjadi pemicu dengan sering kali melontarkan kalimat,"Awas, kamu jangan deket-deket sama orang yang nggak kamu kenal. Bisa-bisa kamu nanti diculik, loh!"
Mungkin, cara ini bisa dicoba bersama. Ya, main tamu-tamuan. Agar lebih ramai, libatkan teman-teman sepermainan anak. Posisikan dia untuk bergantian memainkan peran sebagai tamu yang berkunjung ke rumah orang lain, atau sebagai nyonya rumah yang kedatangan tamu. Bermain peran untuk mengikis rasa takut pada orang lain juga bisa dilakukan dalam berbagai situasi, seperti di toko, sekolah dan tempat keramaian lainnya.
Meningkatkan perkembangan sosial anak
Meningkatkan perkembangan sosial anak
Tanya :
Bagaimana meningkatkan perkembangan sosial anak yang sehat?
Jawab :
Setiap hari, ada banyak kesempatan untuk nienerapkan metoda yang positif dalam meiijadi orangtua, yang disebut "Nyaman, Bermain dan Mengajar." Contoh-contoh berikut ini menunjukkan bagaimana Anda bisa mendukung perkembangan sosial bayi dan balita Anda sambil Anda mengerjakan pekerjaan rutin rumah tangga.
Untuk Bayi
• Kalau Anda menuntaskan tugas-tugas rumah tangga dengan mengajak bayi Anda, ia acap mendapat banyak perhatian dari orang-orang di sekitar Anda. la melihat banyak wajah dan mendengar suara-suara baru; jadi pastikan untuk bicara kepadanya dan selalu dekat dengannya agar ia merasa nyaman dengan kehadiran Anda. Ini akan membantunya mengembangkan rasa aman dan memberinya kepercayaan diri menghadapi lingkungan dan wajah-wajah yang belum diakrabinya.
• Anda juga akan menemukan kalau bayi Anda tertarik kepada bayi-bayi lain yang Anda temui sepanjang jalan. Jangan ragu untuk berhenti dan biarkan bayi Anda berinteraksi dan bermain dengan mereka. Mereka bisa "bersosialisasi" dengan kontak mata dan berkomunikasi melalui suara dan gerak tubuhnya.
• Jika Anda meninggalkan rumah dan kembali, ucapkan "Selamat tinggal" dan "Halo" atau salam lainnya kepada semua anggota keluarga. Setelah beberapa lama, hal ini mengajarkan kepada bayi Anda bahwa ia selalu disambut kembali oleh keluarganya. Ketika besar nanti ia akan mempercayai keluarganya untuk kembali lagi jika bepergian.
Untuk Balita
• Pujilah balita Anda karena tingkah baiknya saat Anda keluar bersama di tempat umum. Misalnya, saat Anda berada di bank, katakan seperti, "Mama bangga kepadamu karena kamu sabar menunggu di antrian." Ini akan memberi rasa nyaman pada dirinya dan membantunya merasa hebat atas kecakapannya.
• Buatlah bermain sebagai bagian dari tugas sehari-hari Anda. Misalnya dengan pergi ke taman dekat rumah atau mengundang orangtua dan anak lain untuk bermain bersama sehingga anak Anda bisa berinteraksi dengan anak-anak lain dalam lingkungan yang berbeda-beda. Ini akan membuat tugas sehari-hari Anda lebih menyenangkan bagi Anda berdua dan sekaligus anak Anda belajar bersosialisasi.
• Kegiatan di luar rumah bersama balita Anda penuh dengan kesempatan untuk mengajari anak Anda menghargai batasan dan mematuhi aturan. Ingat bahwa anak-anak lebih mungkin bekerjasama dan mengikuti permintaan Anda jika Anda mengajarnya dalam cara positif. Misalnya, dengan mengatakan seperti "Ayo sayang, pegang tangan Mami kalau berjalan di trotoir" daripada "Tangan Bunda jangan dilepas!"
Untuk Anak Prasekolah
• Beri anakAnda tanggung jawab istimewa, seperti memilih buah apa yang hendak Anda beli. Dengan membiarkan anak Anda mengungkapkan kemandiriannya akan membuatnya merasa nyaman. Ini akan membentuk rasa percaya dirinya.
• Bila Anda pulang ke rumah, bermain pura-pura lah dengan anak Anda untuk memberinya peluang mengeksplorasi dengan lebih rinci sebagian tugas rumah tangga Anda. Sebagai contoh, bergantian berpura-pura menjadi petugas kantor pos dan pelanggan. Ini akan membantu anak Anda memikirkan apa yang akan ia katakan dalam situasi tersebut. Dengan begitu ia berlatih beragam interaksi sosial.
• Ajari anak Anda beberapa kecakapan pro-sosial yang berharga. Mintalah ia membawakan tas kecil Anda, membantu mengawasi adik kecilnya, dan meletakkan kembali mainan atau botol jus buah yang habis dipakainya, serta memilah-milah pakaiannya yang telah kering untuk Anda seterika.
Tanya :
Bagaimana meningkatkan perkembangan sosial anak yang sehat?
Jawab :
Setiap hari, ada banyak kesempatan untuk nienerapkan metoda yang positif dalam meiijadi orangtua, yang disebut "Nyaman, Bermain dan Mengajar." Contoh-contoh berikut ini menunjukkan bagaimana Anda bisa mendukung perkembangan sosial bayi dan balita Anda sambil Anda mengerjakan pekerjaan rutin rumah tangga.
Untuk Bayi
• Kalau Anda menuntaskan tugas-tugas rumah tangga dengan mengajak bayi Anda, ia acap mendapat banyak perhatian dari orang-orang di sekitar Anda. la melihat banyak wajah dan mendengar suara-suara baru; jadi pastikan untuk bicara kepadanya dan selalu dekat dengannya agar ia merasa nyaman dengan kehadiran Anda. Ini akan membantunya mengembangkan rasa aman dan memberinya kepercayaan diri menghadapi lingkungan dan wajah-wajah yang belum diakrabinya.
• Anda juga akan menemukan kalau bayi Anda tertarik kepada bayi-bayi lain yang Anda temui sepanjang jalan. Jangan ragu untuk berhenti dan biarkan bayi Anda berinteraksi dan bermain dengan mereka. Mereka bisa "bersosialisasi" dengan kontak mata dan berkomunikasi melalui suara dan gerak tubuhnya.
• Jika Anda meninggalkan rumah dan kembali, ucapkan "Selamat tinggal" dan "Halo" atau salam lainnya kepada semua anggota keluarga. Setelah beberapa lama, hal ini mengajarkan kepada bayi Anda bahwa ia selalu disambut kembali oleh keluarganya. Ketika besar nanti ia akan mempercayai keluarganya untuk kembali lagi jika bepergian.
Untuk Balita
• Pujilah balita Anda karena tingkah baiknya saat Anda keluar bersama di tempat umum. Misalnya, saat Anda berada di bank, katakan seperti, "Mama bangga kepadamu karena kamu sabar menunggu di antrian." Ini akan memberi rasa nyaman pada dirinya dan membantunya merasa hebat atas kecakapannya.
• Buatlah bermain sebagai bagian dari tugas sehari-hari Anda. Misalnya dengan pergi ke taman dekat rumah atau mengundang orangtua dan anak lain untuk bermain bersama sehingga anak Anda bisa berinteraksi dengan anak-anak lain dalam lingkungan yang berbeda-beda. Ini akan membuat tugas sehari-hari Anda lebih menyenangkan bagi Anda berdua dan sekaligus anak Anda belajar bersosialisasi.
• Kegiatan di luar rumah bersama balita Anda penuh dengan kesempatan untuk mengajari anak Anda menghargai batasan dan mematuhi aturan. Ingat bahwa anak-anak lebih mungkin bekerjasama dan mengikuti permintaan Anda jika Anda mengajarnya dalam cara positif. Misalnya, dengan mengatakan seperti "Ayo sayang, pegang tangan Mami kalau berjalan di trotoir" daripada "Tangan Bunda jangan dilepas!"
Untuk Anak Prasekolah
• Beri anakAnda tanggung jawab istimewa, seperti memilih buah apa yang hendak Anda beli. Dengan membiarkan anak Anda mengungkapkan kemandiriannya akan membuatnya merasa nyaman. Ini akan membentuk rasa percaya dirinya.
• Bila Anda pulang ke rumah, bermain pura-pura lah dengan anak Anda untuk memberinya peluang mengeksplorasi dengan lebih rinci sebagian tugas rumah tangga Anda. Sebagai contoh, bergantian berpura-pura menjadi petugas kantor pos dan pelanggan. Ini akan membantu anak Anda memikirkan apa yang akan ia katakan dalam situasi tersebut. Dengan begitu ia berlatih beragam interaksi sosial.
• Ajari anak Anda beberapa kecakapan pro-sosial yang berharga. Mintalah ia membawakan tas kecil Anda, membantu mengawasi adik kecilnya, dan meletakkan kembali mainan atau botol jus buah yang habis dipakainya, serta memilah-milah pakaiannya yang telah kering untuk Anda seterika.
mengapa anak agresif?
Mengapa anak agresif?
Apa penyebab anak-anak menjadi agresif? Agresif jamak terjadi pada balita dan anak usia prasekolah. Sebagian anak agresif karena tidak diajarkan cara-cara non-agresif untuk mendapatkan apa yang diinginkannya. Sebagian lainnya karena mereka ingin mandiri atau karena mereka betum belajar berbagi. Anak-anak kecil mungkin menggigit, memukul, mendorong atau bertengkar ketika bermain atau aktivitas bersama lainnya.
Walaupun perilaku agresif mengesalkan orangtua, biasanya mutai berkurang pada umur tiga tahun. Pada usia tersebut, anak-anak mulai lebih bisa mengontrol perasaannya, dan sudah belajar bagaimana menyatakan keinginannya dalam kata-kata.
Alasan-alasan lainnya mengapa anak-anak sering menunjukkan perilaku agresif:
Anak yang sering mendengar atau melihat pertengkaran keluarga bisa beranggapan bahwa agresif adalah cara yang tepat dalam merespon sesuatu.
Hukuman keras atau sering bisa meningkatkan agresif anak-anak.
Kalau apa yang diinginkan anak dipenuhi setelah ia bertindak agresif, ia akan belajar bahwa perilaku agresif menguntungkannya.
Anak yang tidak menerima cukup perhatian atau yang kebutuhan emosionalnya tak dipenuhi akan tak peduli pada perasaan orang lain, dan rentan berperilaku agresif. Apabila anakAnda berumur tiga tahun dan tetap belum dapat mengendalikan agresifnya, atau tampak tidak peduli pada perasaan orang lain, sudah saatnya Anda mencari bantuan profesional. Bantuan juga diperlukan bila kualitas kehidupan keluarga Anda sungguh-sungguh nestapa. Berkonsultasilah dengan dokter anak atau psikolog.
Apa penyebab anak-anak menjadi agresif? Agresif jamak terjadi pada balita dan anak usia prasekolah. Sebagian anak agresif karena tidak diajarkan cara-cara non-agresif untuk mendapatkan apa yang diinginkannya. Sebagian lainnya karena mereka ingin mandiri atau karena mereka betum belajar berbagi. Anak-anak kecil mungkin menggigit, memukul, mendorong atau bertengkar ketika bermain atau aktivitas bersama lainnya.
Walaupun perilaku agresif mengesalkan orangtua, biasanya mutai berkurang pada umur tiga tahun. Pada usia tersebut, anak-anak mulai lebih bisa mengontrol perasaannya, dan sudah belajar bagaimana menyatakan keinginannya dalam kata-kata.
Alasan-alasan lainnya mengapa anak-anak sering menunjukkan perilaku agresif:
Anak yang sering mendengar atau melihat pertengkaran keluarga bisa beranggapan bahwa agresif adalah cara yang tepat dalam merespon sesuatu.
Hukuman keras atau sering bisa meningkatkan agresif anak-anak.
Kalau apa yang diinginkan anak dipenuhi setelah ia bertindak agresif, ia akan belajar bahwa perilaku agresif menguntungkannya.
Anak yang tidak menerima cukup perhatian atau yang kebutuhan emosionalnya tak dipenuhi akan tak peduli pada perasaan orang lain, dan rentan berperilaku agresif. Apabila anakAnda berumur tiga tahun dan tetap belum dapat mengendalikan agresifnya, atau tampak tidak peduli pada perasaan orang lain, sudah saatnya Anda mencari bantuan profesional. Bantuan juga diperlukan bila kualitas kehidupan keluarga Anda sungguh-sungguh nestapa. Berkonsultasilah dengan dokter anak atau psikolog.
kiat mendampingi anak agresif
Kiat mendampingi anak beridra keenam
• Bimbing anak untuk mengenal Sang Maha Pencipta
• Perlakukan anak secara normal, jangan mengistimewakan anak ataupun memperlakukan mereka berbeda dengan anak lainnya
• Tidak perlu memamerkan atau menyembunyikan kelebihan yang dimiliki anak
• Berempatilah! Tanyakan serta pahami perasaan anak terhadap hal-hal yang dilihatnya.
• Bila perlu, berkonsultasilah pada ahli yang menguasai bidang parapsikologi
• Buatlah perkumpulan keluarga yang memiliki anak dengan kelebihan yang sama. Agar memudahkan Anda untuk sharing dan meng-update hal-hal yang berhubungan dengan kemampuan ESP
• Bimbing anak untuk mengenal Sang Maha Pencipta
• Perlakukan anak secara normal, jangan mengistimewakan anak ataupun memperlakukan mereka berbeda dengan anak lainnya
• Tidak perlu memamerkan atau menyembunyikan kelebihan yang dimiliki anak
• Berempatilah! Tanyakan serta pahami perasaan anak terhadap hal-hal yang dilihatnya.
• Bila perlu, berkonsultasilah pada ahli yang menguasai bidang parapsikologi
• Buatlah perkumpulan keluarga yang memiliki anak dengan kelebihan yang sama. Agar memudahkan Anda untuk sharing dan meng-update hal-hal yang berhubungan dengan kemampuan ESP
jika si kecil punya six sense
Hiii... Jika Si Kecil Punya Sixth
The Sixth Sense. Itulah film terbaik dari sutradara M. Night Shamalan - yang kini tengah meluncurkan film supranatural lainnya, The Happening. Dalam film yang dibintangi Bruce Willis itu, seorang anak lelaki dilukiskan memiliki kemampuan untuk melihat ruh.
Dalam khasanah psikonalisis Eropa, anak-anak yang berumur kurang dari dua tahun disebut berada dalam 'periode ruh.' Kondisi spiritual mereka masih sangat kuat. Wajar jika mereka bisa melihat, mendengar, membaui, bahkan bercakap-cakap dengan ruh-ruh lain. Pelahan-lahan, akibat pendidikan yang lebih menekankan pada aspek logika formal, kemampuan supranatural itu menipis dan akhirnya 'hilang.'
Fenornena ESP
"Kemampuan melihat ruh biasa disebut dengan fenomena parapsikologi. Anak-anak ini tak perlu diberi label aneh atau ditolak keberadaannya,” anjur DR. Reni Akbar-Hawadi, Kepala Bagian Psikologi Pendidikan Fakultas Psikologi Ul.
Anak yang dikaruniai kelebihan macam ini berarti termasuk anak yang memiliki extrasensory perception (ESP). Banyak hal-hal yang dapat dijangkau indera anak itu jauh melebihi orang pada umumnya. Biasanya kemampuan macam itu didapatkan secara turun temurun. Anak yang memiliki kemampuan ini sebenarnya tidak menyadari kalau kemampuannya tersebut tidak dimiliki oleh orang kebanyakan.
"Sesungguhnya mereka ini tidak merasa aneh akan apa yang dilihatnya. Karena anak beranggapan orang lain pun melihat hal yang sama seperti apa yang dilihatnya. Labelling 'anak ini aneh' atau 'anak ini menakutkan' itu kan yang membuat orang-orang di sekitar, bukan anak itu sendiri!" tegas DR. Reni.
Bukan Imajinasi
Memang tidak mudah membedakan pernyataan anak yang melihat ruh tersebut benar atau hanya khayalan karena habis menonton film misalnya. "Tugas orangtualah mengetahui kegiatan anak sehari-hari. Patut dicermati dan dibedakan, apakah persepsi anak mengenai ruh itu merupakan hasil kontaminasi lingkungan sekitar (misalnya dari tontonan, bacaan bertopik horor) atau memang yang 'dilihatnya' itu orisinal, yaitu indera sang anak memang di atas normal. Untuk lebih akurat, orangtua dapat berkonsultasi kepada pakar parapsikologi," papar ibu enam anak ini.
Dukungan Lingkungan
Setiap individu adalah pribadi unik. Memiliki buah hati dengan kemampuan istimewa, sepatutnya disyukuri orangtua. Tak terkecuali bila si kecil memiliki kelebihan ESP "Orangtua wajib menerima anaknya dengan segala kelebihan dan kekurangan yang dimiliki. Orangtua perlu mengembangkan pola asuh yang dernokratis, yang disertai dengan diskusi timbal balik dan penjelasan yang logis," terang penyuka pasta ini.
Wanita kelahiran Bandung, 22 Maret 1957 ini menuturkan kelebihan yang dimiliki anak perlu dikelola dan diarahkan agar tidak menghambat potensi-potensi lain yang dimilikinya. I Bantu anak untuk dapat I mengungkapkan kecemasan-I kecemasan yang dirasakan, dapat dilakukan bersama dengan ahli parapsikologi. Karena pada beberapa anak, hal-hal yang dilihatnya dalam wujud ruh atau kejadian dan situasi yang akan datang terkadang mengganggu kegiatan sehari-hari bahkan di kala tidurnya.
"Mereka perlu didengarkan dan jangan dianggap aneh. Orangtua diharapkan dapat berempati dan menanyakan apakah anak tersebut cukup nyaman dengan apa yang 'dilihatnya' tersebut. Anak dengan ESP juga membutuhkan kasih sayang dan mereka akan menghargai orang yang dapat memahami dirinya. Satu hal penting lainnya, sebisa mungkin dekatkan serta perkenalkan anak dengan Sang Maha Pencipta. Agar anak senantiasa mensyukuri keistimewaan yang dianugerahkan padanya,'r tutupnya.
The Sixth Sense. Itulah film terbaik dari sutradara M. Night Shamalan - yang kini tengah meluncurkan film supranatural lainnya, The Happening. Dalam film yang dibintangi Bruce Willis itu, seorang anak lelaki dilukiskan memiliki kemampuan untuk melihat ruh.
Dalam khasanah psikonalisis Eropa, anak-anak yang berumur kurang dari dua tahun disebut berada dalam 'periode ruh.' Kondisi spiritual mereka masih sangat kuat. Wajar jika mereka bisa melihat, mendengar, membaui, bahkan bercakap-cakap dengan ruh-ruh lain. Pelahan-lahan, akibat pendidikan yang lebih menekankan pada aspek logika formal, kemampuan supranatural itu menipis dan akhirnya 'hilang.'
Fenornena ESP
"Kemampuan melihat ruh biasa disebut dengan fenomena parapsikologi. Anak-anak ini tak perlu diberi label aneh atau ditolak keberadaannya,” anjur DR. Reni Akbar-Hawadi, Kepala Bagian Psikologi Pendidikan Fakultas Psikologi Ul.
Anak yang dikaruniai kelebihan macam ini berarti termasuk anak yang memiliki extrasensory perception (ESP). Banyak hal-hal yang dapat dijangkau indera anak itu jauh melebihi orang pada umumnya. Biasanya kemampuan macam itu didapatkan secara turun temurun. Anak yang memiliki kemampuan ini sebenarnya tidak menyadari kalau kemampuannya tersebut tidak dimiliki oleh orang kebanyakan.
"Sesungguhnya mereka ini tidak merasa aneh akan apa yang dilihatnya. Karena anak beranggapan orang lain pun melihat hal yang sama seperti apa yang dilihatnya. Labelling 'anak ini aneh' atau 'anak ini menakutkan' itu kan yang membuat orang-orang di sekitar, bukan anak itu sendiri!" tegas DR. Reni.
Bukan Imajinasi
Memang tidak mudah membedakan pernyataan anak yang melihat ruh tersebut benar atau hanya khayalan karena habis menonton film misalnya. "Tugas orangtualah mengetahui kegiatan anak sehari-hari. Patut dicermati dan dibedakan, apakah persepsi anak mengenai ruh itu merupakan hasil kontaminasi lingkungan sekitar (misalnya dari tontonan, bacaan bertopik horor) atau memang yang 'dilihatnya' itu orisinal, yaitu indera sang anak memang di atas normal. Untuk lebih akurat, orangtua dapat berkonsultasi kepada pakar parapsikologi," papar ibu enam anak ini.
Dukungan Lingkungan
Setiap individu adalah pribadi unik. Memiliki buah hati dengan kemampuan istimewa, sepatutnya disyukuri orangtua. Tak terkecuali bila si kecil memiliki kelebihan ESP "Orangtua wajib menerima anaknya dengan segala kelebihan dan kekurangan yang dimiliki. Orangtua perlu mengembangkan pola asuh yang dernokratis, yang disertai dengan diskusi timbal balik dan penjelasan yang logis," terang penyuka pasta ini.
Wanita kelahiran Bandung, 22 Maret 1957 ini menuturkan kelebihan yang dimiliki anak perlu dikelola dan diarahkan agar tidak menghambat potensi-potensi lain yang dimilikinya. I Bantu anak untuk dapat I mengungkapkan kecemasan-I kecemasan yang dirasakan, dapat dilakukan bersama dengan ahli parapsikologi. Karena pada beberapa anak, hal-hal yang dilihatnya dalam wujud ruh atau kejadian dan situasi yang akan datang terkadang mengganggu kegiatan sehari-hari bahkan di kala tidurnya.
"Mereka perlu didengarkan dan jangan dianggap aneh. Orangtua diharapkan dapat berempati dan menanyakan apakah anak tersebut cukup nyaman dengan apa yang 'dilihatnya' tersebut. Anak dengan ESP juga membutuhkan kasih sayang dan mereka akan menghargai orang yang dapat memahami dirinya. Satu hal penting lainnya, sebisa mungkin dekatkan serta perkenalkan anak dengan Sang Maha Pencipta. Agar anak senantiasa mensyukuri keistimewaan yang dianugerahkan padanya,'r tutupnya.
ketakutan pada anak
Anak Takut Lantaran Sering Ditakut-takuti
“Mama....nggak mau ke dokter. Takut sama pak dokter!” jerit Pingkan, bocah pra sekolah sambil masuk ke kamar. Tak hanya sosok dokter, sosok binatang seperti ayam, anjing, kucing pun seringkali menjadi momok yang menakutkan bagi anak-anak. Tak heran rasa takut pada anak pun muncul.
Mengapa anak takut? Adakah sesuatu yang mengganggu dirinya atau bahkan orangtua sendiri yang sering kali membuat rasa takut dan tidak nyaman memenuhi perasaan anak?
Ternyata rasa takut muncul lantaran orang terdekat, dalam hal ini orangtua, kakak, bahkan pembantu di rumah lah yang sering menakuti anak. Tidak Percaya? Coba diingat-ingat betul, pernahkah ada kalimat "Awas, kalau ndak mau makan, Mama panggil pak Dokter ya biar disuntik!" Atau kalimat, "Lihat tuh anjing di depan, kalau adik nangis terus, nanti Mbak panggil anjingnya biar digigit!"
Ya, ternyata dari kalimat tersebutlah, yang membuat anak-anak takut. Mungkin bagi orangtua cara menakuti seperti itu dianggap ampuh untuk membuat anak diam dan menuruti perintah. Tapi, akibatnya anak menjadi ketakutan terhadap sesuatu yang tidak perlu ditakuti dan dihindari.
Perasaan takut biasanya bergantung pada apa yang dialaminya. Pada umumnya anak usia tiga tahun memiliki rasa takut yang meningkat dibandingkan usia sebelumnya. Karena, anak usia tersebut secara kognitif sudah lebih mampu melihat tentang hubungan sebab akibat terutama pada hal-hal sederhana.
Hindari Pencetus Rasa Takut
Cara anak mengatasi rasa takut tersebut terkadang memang terlalu berlebihan atau kurang tepat, hal ini memang dipengaruhi oleh pola pikirnya yang masih sederhana. Misalnya si Putri pernah ketakutan melihat kucing karena menyangka kucing tersebut akan menggigitnya. Agar tidak terancam lagi dengan kucing akhirnya ia menghindari semua kucing. Untuk lebih aman, ia pun menghindari tempat-tempat di mana ia melihat banyak kucing misalnya di taman dekat rumah. Sehingga bisa saja ia jadi ogah jalan-jalan di taman seperti yang rutin ia lakukan.
Biasanya rasa takut tersebut tidak berlangsung lama hanya sekitar beberapa minggu. Namun terkadang orangtua juga harus membantu menghilangkan rasa takut tersebut.
Misalnya untuk Putri yang takut kucing, orangtua dapat mengubah persepsinya bahwa kucing jahat. Orangtua dapat menceritakan pengalamannya bersama kucing yang baik. Bila memungkinkan orangtua juga dapat mengajaknya melihat kucing dan mengelus-ngelus kucing yang orangtua sudah yakin bahwa memang kucing tersebut jinak. Hal ini dapat mengubah persepsi anak yang menganggap semua kucing jahat.
Takut Berkembang Menjadi Phobia
Perlu diwaspadai jika tidak ada usaha orangtua untuk mengatasi rasa takut anak. Tidak tertutup kemungkinan rasa takut berkembang menjadi phobia. Sebagai contoh kebanyakan orang takut bila berada di ketinggian. Namun rasa takut tersebut masih bisa kita atasi. Orang yang mengalami phobia, bisa saja lemas, sesak napas, atau berteriak keras karena saking takutnya berada di ketinggian.
Apakah balita bisa terkena phobia? Hal ini tergantung dari beberapa faktor, yang meliputi kepribadian anak, apakah tipe anak yang pemberani atau tipe anak yang penakut; juga bergantung pada pengalamannya, seberapa traumatik kah pengalaman tersebut baginya.
Atasi Phobia
Perlu proses dan latihan terus-menerus untuk mengurangi phobia pada anak. Ketakutan irasional ini bisa tergeneralisasi. Misalnya, takut dokter pada anak, dapat tergeneralisasi pada hal-hal lain yang masih berhubungan. Umpama, melihat orang berbaju putih saja dia ketakutan.
Tak heran begitu masuk ruang periksa atau bertemu dengan dokter dalam sosok yang nyata, pastilah dia menjerit-jerit dan menangis ketakutan. Seharusnya phobia bisa diatasi sejak dini oleh orangtua. Tetapi kalau phobia yang ia alami cukup parah atau sudah tidak bisa diatasi orangtua, maka bantuan psikolog anak diperlukan untuk mengambil langkah-langkah yang sesuai.
“Mama....nggak mau ke dokter. Takut sama pak dokter!” jerit Pingkan, bocah pra sekolah sambil masuk ke kamar. Tak hanya sosok dokter, sosok binatang seperti ayam, anjing, kucing pun seringkali menjadi momok yang menakutkan bagi anak-anak. Tak heran rasa takut pada anak pun muncul.
Mengapa anak takut? Adakah sesuatu yang mengganggu dirinya atau bahkan orangtua sendiri yang sering kali membuat rasa takut dan tidak nyaman memenuhi perasaan anak?
Ternyata rasa takut muncul lantaran orang terdekat, dalam hal ini orangtua, kakak, bahkan pembantu di rumah lah yang sering menakuti anak. Tidak Percaya? Coba diingat-ingat betul, pernahkah ada kalimat "Awas, kalau ndak mau makan, Mama panggil pak Dokter ya biar disuntik!" Atau kalimat, "Lihat tuh anjing di depan, kalau adik nangis terus, nanti Mbak panggil anjingnya biar digigit!"
Ya, ternyata dari kalimat tersebutlah, yang membuat anak-anak takut. Mungkin bagi orangtua cara menakuti seperti itu dianggap ampuh untuk membuat anak diam dan menuruti perintah. Tapi, akibatnya anak menjadi ketakutan terhadap sesuatu yang tidak perlu ditakuti dan dihindari.
Perasaan takut biasanya bergantung pada apa yang dialaminya. Pada umumnya anak usia tiga tahun memiliki rasa takut yang meningkat dibandingkan usia sebelumnya. Karena, anak usia tersebut secara kognitif sudah lebih mampu melihat tentang hubungan sebab akibat terutama pada hal-hal sederhana.
Hindari Pencetus Rasa Takut
Cara anak mengatasi rasa takut tersebut terkadang memang terlalu berlebihan atau kurang tepat, hal ini memang dipengaruhi oleh pola pikirnya yang masih sederhana. Misalnya si Putri pernah ketakutan melihat kucing karena menyangka kucing tersebut akan menggigitnya. Agar tidak terancam lagi dengan kucing akhirnya ia menghindari semua kucing. Untuk lebih aman, ia pun menghindari tempat-tempat di mana ia melihat banyak kucing misalnya di taman dekat rumah. Sehingga bisa saja ia jadi ogah jalan-jalan di taman seperti yang rutin ia lakukan.
Biasanya rasa takut tersebut tidak berlangsung lama hanya sekitar beberapa minggu. Namun terkadang orangtua juga harus membantu menghilangkan rasa takut tersebut.
Misalnya untuk Putri yang takut kucing, orangtua dapat mengubah persepsinya bahwa kucing jahat. Orangtua dapat menceritakan pengalamannya bersama kucing yang baik. Bila memungkinkan orangtua juga dapat mengajaknya melihat kucing dan mengelus-ngelus kucing yang orangtua sudah yakin bahwa memang kucing tersebut jinak. Hal ini dapat mengubah persepsi anak yang menganggap semua kucing jahat.
Takut Berkembang Menjadi Phobia
Perlu diwaspadai jika tidak ada usaha orangtua untuk mengatasi rasa takut anak. Tidak tertutup kemungkinan rasa takut berkembang menjadi phobia. Sebagai contoh kebanyakan orang takut bila berada di ketinggian. Namun rasa takut tersebut masih bisa kita atasi. Orang yang mengalami phobia, bisa saja lemas, sesak napas, atau berteriak keras karena saking takutnya berada di ketinggian.
Apakah balita bisa terkena phobia? Hal ini tergantung dari beberapa faktor, yang meliputi kepribadian anak, apakah tipe anak yang pemberani atau tipe anak yang penakut; juga bergantung pada pengalamannya, seberapa traumatik kah pengalaman tersebut baginya.
Atasi Phobia
Perlu proses dan latihan terus-menerus untuk mengurangi phobia pada anak. Ketakutan irasional ini bisa tergeneralisasi. Misalnya, takut dokter pada anak, dapat tergeneralisasi pada hal-hal lain yang masih berhubungan. Umpama, melihat orang berbaju putih saja dia ketakutan.
Tak heran begitu masuk ruang periksa atau bertemu dengan dokter dalam sosok yang nyata, pastilah dia menjerit-jerit dan menangis ketakutan. Seharusnya phobia bisa diatasi sejak dini oleh orangtua. Tetapi kalau phobia yang ia alami cukup parah atau sudah tidak bisa diatasi orangtua, maka bantuan psikolog anak diperlukan untuk mengambil langkah-langkah yang sesuai.
tips mengenai anak agresif
Anak Agresif : Bagaimana Menolongnya?
Tanya : Anak balita saya suka memukul temannya. Jika dimarahi, ia juga memukul saya. Bagaimana cara mengajarkannya untuk tidak agresif?
Jawab : Sebagian anak kecil sangat agresif, walau masih balita. Banyak yang membutuhkan perhatian lebih dari orangtua, pengasuh dan gurunya, utamanya untuk menunjukkan cara-cara bertindak yang tidak agresif. Beberapa tip ini bisa membantuAnda mengendalikan perilaku agresif anakAnda.
• Cobalah amati mengapa anakAnda agresif- misalnya, apakah itu upayanya untuk menegaskan kemandiriannya, respons pada frustrasi ataukah anak Anda belajar perilaku agresif karena melihat anak-anak lain agresif pada teman-temannya atau mungkin ia agresif karena anak-anak lain "memulainya terlebih dahulu?"
• Buatlah aturan bahwa "tidak boleh menyakiti" orang lain. "Bersikap lembut" adalah hal yang harus dipelajari semua anak - baik pada hewan peliharaannya, mainan, teman-teman dan siapa pun juga.
• Cobalah mengantisipasi persoalan: ubahlah situasi sebelumnya untuk menghindari frustrasi yang tak perlu.
• Kalau anakAnda menjadi agresif, cobalah untuk tetap tenang, meskipun acapkali hal itu sulit.
• Bila Anda mendisiplinkan anak Anda karena ia agresif, Anda musti tegas dan konsisten. Tetapi jangan gunakan agresif fisik maupun verbal sebagai bagian tanggapan Anda. Menghentikan perilaku agresif dengan meminggirkan anakAnda atau mengambil mainan favoritnya jauh lebih baik, utamanya pada anak yang agresinya cenderung sudah jasmaniah.
• Bantulah anak Anda untuk mengungkapkan perasaannya dalam kata-kata, jika menurut Anda anak Anda agresif karena tidak bisa mengomunikasikan rasa frustrasinya. Cara sederhana ini bisa mengurangi paling tidak sebagian agresinya.
• Sebisa Anda, biarkan anak Anda memilih dan mengambil keputusan, seperti kaos mana yang akan dipakainya atau apakah ia mau makan roti tawar atau sereal. Ini akan membuat anakAnda merasa bisa mengontrol kehidupannya sendiri.
• Selalu dan selalu puji perilaku baik dan positif anak Anda. Anak-anak dengan kecenderungan agresif akan meneruskan perilakunya jika orang-orang dewasa di sekitarnya tak punya waktu untuk mengakui dan membedakan tindakan-tindakan baiknya dari yang buruk.
Apabila anakAnda sudah berumur tiga tahun dan tetap belum bisa belajar mengontrol agresinya atau tampak tidak peduli pada perasaan orang lain, Anda perlu mulai mencari bantuan profesional. Pola perilaku agresif lebih mudah diubah saat masih kanak-kanak daripada diaaikan sampai anak Anda lebih besar. Segera dapatkan bantuan jika kualitas kehidupan keluarga Anda menjadi kacau karena agresifitas anak Anda.
Tanya : Anak balita saya suka memukul temannya. Jika dimarahi, ia juga memukul saya. Bagaimana cara mengajarkannya untuk tidak agresif?
Jawab : Sebagian anak kecil sangat agresif, walau masih balita. Banyak yang membutuhkan perhatian lebih dari orangtua, pengasuh dan gurunya, utamanya untuk menunjukkan cara-cara bertindak yang tidak agresif. Beberapa tip ini bisa membantuAnda mengendalikan perilaku agresif anakAnda.
• Cobalah amati mengapa anakAnda agresif- misalnya, apakah itu upayanya untuk menegaskan kemandiriannya, respons pada frustrasi ataukah anak Anda belajar perilaku agresif karena melihat anak-anak lain agresif pada teman-temannya atau mungkin ia agresif karena anak-anak lain "memulainya terlebih dahulu?"
• Buatlah aturan bahwa "tidak boleh menyakiti" orang lain. "Bersikap lembut" adalah hal yang harus dipelajari semua anak - baik pada hewan peliharaannya, mainan, teman-teman dan siapa pun juga.
• Cobalah mengantisipasi persoalan: ubahlah situasi sebelumnya untuk menghindari frustrasi yang tak perlu.
• Kalau anakAnda menjadi agresif, cobalah untuk tetap tenang, meskipun acapkali hal itu sulit.
• Bila Anda mendisiplinkan anak Anda karena ia agresif, Anda musti tegas dan konsisten. Tetapi jangan gunakan agresif fisik maupun verbal sebagai bagian tanggapan Anda. Menghentikan perilaku agresif dengan meminggirkan anakAnda atau mengambil mainan favoritnya jauh lebih baik, utamanya pada anak yang agresinya cenderung sudah jasmaniah.
• Bantulah anak Anda untuk mengungkapkan perasaannya dalam kata-kata, jika menurut Anda anak Anda agresif karena tidak bisa mengomunikasikan rasa frustrasinya. Cara sederhana ini bisa mengurangi paling tidak sebagian agresinya.
• Sebisa Anda, biarkan anak Anda memilih dan mengambil keputusan, seperti kaos mana yang akan dipakainya atau apakah ia mau makan roti tawar atau sereal. Ini akan membuat anakAnda merasa bisa mengontrol kehidupannya sendiri.
• Selalu dan selalu puji perilaku baik dan positif anak Anda. Anak-anak dengan kecenderungan agresif akan meneruskan perilakunya jika orang-orang dewasa di sekitarnya tak punya waktu untuk mengakui dan membedakan tindakan-tindakan baiknya dari yang buruk.
Apabila anakAnda sudah berumur tiga tahun dan tetap belum bisa belajar mengontrol agresinya atau tampak tidak peduli pada perasaan orang lain, Anda perlu mulai mencari bantuan profesional. Pola perilaku agresif lebih mudah diubah saat masih kanak-kanak daripada diaaikan sampai anak Anda lebih besar. Segera dapatkan bantuan jika kualitas kehidupan keluarga Anda menjadi kacau karena agresifitas anak Anda.